PERCOBAAN III - Urine Identifikasi Senyawa Dalam Urine ( Praktikum Biokimia )



ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi-reaksi khas pada masing-masing percobaan. Metode percobaan yang bisa dilakukan adalah uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan  tes adanya protein untuk uji senyawa organik. Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dilakukan dengan tes adanya amonia, klorida, sulfat, fosfat dan kalsium. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa uji positif terjadi pada uji pemecahan ureum oleh urease, tes adnya gula pereduksi, tes adanya klorida dan tes adanya sulfat.

PERCOBAAN III
URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan mengubah zat-zat di dalam urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat.
        (Anonim, 2008)

Jenis urine adalah sebagai berikut
a. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan. Urine sewaktu biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang melengkapi pemeriksaan fisik badan.
b. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur. Urine ini biasanya lebih pekat dan baik sekali untuk pemeriksaan kadar protein sedimen, reduksi, reaksi biologi dari calli malnini dan sebagainya.
c. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (kurang lebih 1,5–3 jam sesudah makan). Urine ini biasanya dipakai untuk pemeriksaan reduksi.
d. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine ini akurat untuk analisa kuantitatif.
 (Tim DepKes RI, 1994)

2.2 Pemeriksaan pada Urine
2.2.1 Pemeriksaan kadar gula dalam urine
Pengertiannya adalah memeriksa urine yang bertujuan untuk  mengetahui kadar gula dalam urine. Hal ini dilakukan pada pasien yang berpenyakit atau tersangka berpenyakit diabetes mellitus. Cara pemeriksaan kadar gula dalam urine dapat dilakukan dengan memakai reagen benedict, tablet khusus dan tes pita.
Pemeriksaan dengan menggunakan reagen benedict, perubahan warna yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :
Warna biru (tidak berubah) (-)
Warna biru kehijauan (+)
Warna hijau (kekuningan) (+ +)
Warna kuning kemerahan (+ + +)
Warna merah bata (+ + + +)

2.2.2 Pengambilan bahan urine
Pengambilan urine sebagai bahan pemeriksaan untuk mengetahui faal glomeruli yang bertujuan untuk menyediakan urine secara bertahap untuk pemeriksaan ureum.
2.2.3 Pengumpulan urine selama 24 jam
Meliputi:
Pengukuran berat jenis urine
Pemeriksaan jumlah dalam urine
Pengujian pemekatan
Pengambilan bahan creatinin clearence test
(Tim DepKes , 1994)

  2.3 Sifat Urine
Sifat-sifat urine diantaranya adalah
a. volume urine pada orang dewasa nomal 600 – 2.500 mL dibentuk tiap hari
b. volume urine berkurang pada iklim panas
c. berat jenis antara 1,003 – 1,030
d. reaksi urine biasanya adalah asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0
e. urine menjadi alkali bila dibiarkan
f. urine berwarna kuning pucat apabila normal
g. urine segar beraroma, tetapi baunya dapat berubah oleh zat-zat yang ada dalam makanan
(Harper, 1961)
2.4 Ciri- ciri Urine Normal
Jumlah rata-rata satu sampel dua liter sehari namun berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya akan bertambah pula apabila terlampaui banyak protein yang dimakan sehingga tersedia cukup aliran yang diperlukan untuk mengalirkan ureanya. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan tetapi kalanya terdapat lendir tipis nampak terapung di dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1,010 sampai 1,028.
 (Harper, 1961)

2.5 Komponen Utama Urine Manusia
Komponen utama penyusun urine pada manusia terdiri dari :
Komponen
Garam per 24 jam
Perkiraan nisbah kons. urine
Glukosa
Asam amino
Amoniak
Urine
Kreatinin
Asam urat
H+
Na+
K+
Ca2+
Mg2+
Cl-
HPO42-
SO42-
HCO3-

< 0,05
0,80
0,80
25
1,5
0,7
pH 5-8
3,0
1,7
0,2
0,15
6,3
1,2 g P
1,4 g S
0,3
< 0,05
1,0
100
70
70
20
Sampai 300
1,0
15
5
2
1,5
25
50
0,2

Volume dan komposisi urine 24 jam bervariasi tergantung pada jumlah cairan yang masuk ke tubuh. Data di atas berlaku bagi rata-rata 24 jam spesimen dengan total volume 1.200 mL.
(Harper, 1961)
2.6 Unsur- unsur Abnormal dalam Urine
a. Protein
Proteinuria  (albume urea ) adalah adanya albumin dan globulin  dalam urine dalam konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekstraksi  setiap hari dalam urine.


b. Glukosa
Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosaria terjadi bila melebihi jumlah tersebut. Glukosaria dapat disebabkan adanya stres dan emosi. Glukosaria tidak disebabkan oleh diabetes tetapi dapat menunjukkan adanya diabetes.
c. Benda-benda keton
Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton  sebanyak     3-15 mg setiap hari, jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan beberapa jenis alkoholis.     (Harper, 1961)

2.7 Unsur-unsur Normal dalam Urine
a. Urea
Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia. Biasanya merupakan 80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet rendah, protein urea jumlahnya rendah karena unsur nitrogen lain secara relatif tidak dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat seperti demam, diabetes atau aktivitas korteks berlebih.
(Harper, 1961)
b. Amonia
Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika terdapat diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat tinggi.
     (Harper, 1961)
c. Kreatin dan kreatinin
Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatin ini dapat digunakan sebagai metode (indeks) mengenai jumlah urine yang dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur secara kolorimeter dengan menambahkan alkali pikrat dalam urine.
(Harper, 1961)
d. Asam urat
Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang sukar larut dalam air, tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali. Oleh karena itu asam urat mudah mengendap dalam urine bila dibiarkan, warna biru diberikan asam urat bila terdapat seanofosfongisfat.
(Harper, 1961)
e. Asam amino
Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang batas urine untuk zat ini sangat tinggi.
(Harper, 1961)

2.8 Pengujian pada Urine
2.8.1 Uji gula pereduksi dengan metode benedict
Reagen benedict terdiri dari kupri sulfat, sodium karbonat, dan sodium sitrat. Reaksinya sama dengan fehling yaitu gula pereduksinya akan dioksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan pereaksi benedict akan tereduksi menjadi Cu2O dengan adanya endapan merah bata, maka menunjukkan adanya gula pereduksi.
(Harper , 1961)
2.8.2 Penentuan kadar kreatinin urine
Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan asam pikrat yang ditambahkan dalam urine. Dengan adanya kreatin, campuran memberi warna ambar (Reaksi Jaffe) warnanya dicocokkan dengan standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat.
(Harper , 1961)
2.8.3 Uji adanya protein
Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik, setelah disentrifus untuk menghilangkan sedimen, kemudian ditambahkan asan asetat encer. Suatu awan putih atau endapan yang menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine terdapat protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan dengan asam siklo asetat dan kemudian dipisahkan untuk analisis baik secara kolorimetri maupun analisis.
(Harper , 1961)



2.9 Komposisi urine
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat.
(Anonim, 2008)
2.10 Penyakit pada urine
Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh rakyat Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya endapan yang mengeras (membatu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau calculus urinaria.
Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di ginjal dapat turun ke saluran yang berada di bawahnya yaitu ureter, kandung kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (uretra) dan dapat juga terjadi langsung di kandung kemih.
Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dengan dinding saluran kencing.
(Anonim, 2008)


2.11 Ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang menyaring material dari darah, yang berbahaya atau berlebihan ataupun keduanya. Material-material ini diekskresikan dalam urine. Sejumlah tes dijalankan secara rutin di laboratorium klinik dengan sampel urine. Hal ini termasuk pengukuran glukosa atau gula pereduksi, keton, albumin, spesifik grafity dan pH.
(Bettelhem, 1995)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebre. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
         (Anonim, 2008)
2.12 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.
1. Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air, mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan, serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urine.
Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. korteks (bagian luar)
b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal)
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urine sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urine melewati saluran yang disebut uretra.

2.   Hati (hepar)
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi karena menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin, dan setelah mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hasil pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal. Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.       
   ( Anonim, 2008)

2.13 Mekanisme Pembuangan Urine
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urine primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya. 


2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Volume urine manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1.200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer. Pada urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2% dalam urine sekunder. 
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.  
            (Anonim, 2008)

2.14 Ketergantungan Aktivasi GTP Pada Apoprotein Urease dalam Kompleks dengan Protein Tambahan Berupa UreD, UreF dan UreG
Sintesis logam yang mengandung enzim sering  membutuhkan dukungan dari protein tambahan. Tugas tersebut di mainkan oleh banyak protein tambahan yang tergolong rendah. Klebsiella aerogenes, sebuah nikel yang mengandung enzim dilengkapi dengan sistem ideal untuk mempelajari pemasangan metallocenter.
Di sini, kami menggambarkan sebuah metode untuk mengisolasi kompleks yang mengandung apoprotein urease dan protein pembantu berupa UreD, UreF dan UreG. Kami mempertunjukkan bahwa apoprotein urease dalam kompleks di aktifkan untuk tingkat tipe enzim yang sedikit liar. Ketika diinkubasi dengan ion nikel dan bikarbonat dengan konsentrasi yang tinggi. Secara signifikan kami juga mengamati ketergantungan aktivitas nikel. Pada fisiologi ilmu yang bersangkutan pada tingkat bikarbonat tapi hanya dalam persen GTP. Didasarkan pada pembelajaran meliputi kesukaran hidrolisis yang sama pada GTP. Kami menyimpulkan bahwa hidrolisis nukleotida tidak hanya pada ikatan samping yaitu diperlukan dalam proses ini.
Urease adalah nikel yang mengandung enzim yang berfungsi sebagai faktor dahsyat pada beberapa penyakit manusia. Struktur kristal enzim heterotrimerik dari  Klebsiella aerogenes yang menampakkan dinuclear mettalocenter.
(Soriano & Harosinger, 1999)
2.15 Pengaruh Padatan Pada Aktivitas Enzim Urease, Penilaian Karbondioksida dan Mineralisasi Nitrogen
Pengaruh padatan pada aktivitas enzim urease, penilaian CO2 dan mineralisasi nitrogen pada tanah yang diberi urea dan tidak diberi urea. Tanah dipadatkan pada komposisi 0 kg cm-2, 2 kg cm-2 dan 4 kg cm-2 dan diinkubasikan selama 28 hari. Perubahan pada enzim urease, penilaian CO2 dan mineralisasi nitrogen yang diukur selama periode inkubasi. Aktivitas enzim urease menurun secara signifikan (P < 0.05) pada semua sampel tapi telah diamati bahwa ada pengaruh negatif pada padatan aktivitas enzim urease dan penilaian CO2 pada tanah yang diberi urea.
Tergantung pada waktu inkubasi, tanah yang diberi urea mempunyai waktu 5 lebih dari NH4+ dan 4 waktu lebih dari NO3- daripada tanah yang tidak diberi urea. Selanjutnya padatan disebabkan nitrifikasi pada kedua kelompok tersebut (P < 0.05).
Tanah yang padat mungkin menyebabkan masalah dengan perubahan poros tanah. Sejak hal ini mempunyai pengaruh pada aktivitas biologi yang sama baiknya pada bentuk fisik tanah, pertumbuhan tanaman dan akar mungkin berpengaruh negatif. Aktivitas enzim urease pada sampel kontrol 34,33 pada hari pertama menurun menjadi 28,73 mg N/kg tanah selama 28 hari. Bagaimanapun, ketika 2 kg/cm2 tekanan diterapkan, tidak ada aktivitas urease yang terlihat pada 14 dan 28 hari masa inkubasi. Perubahan aktivitas urease pada sampel tanah dengan dan tanpa penambahan urease tergantung pada 49 mg N tiap 100 gram tingkat tanah pada 28 hari inkubasi. Aktivias enzim urease pertama kali, kedua dan ketiga masa inkubasi berubah secara signifikan ketika tekanan 2 kg/cm2 diterapkan pada tanah.
(Karaca dkk, 1997)

2.16 Preparasi dan Karakterisasi dari Amobilisasi Urease pada glutaraldehyde cross-linked chitosan beads
Urease telah diamobilisasi oleh beberapa tetes glutaraldehid berposisi trans dengan chitosan yang dipreparasi pada gelombang mikro tanpa pancaran sinar. Aktivitas dan hasil dari aktivitas urease  berturut-turut 10,83 U/g B dan 47,7%. Kondisi dari amobilisasi urease telah dioptimalkan. Sifat urea telah telah diteliti dan dibandingkan dengan enzim bebas lainnya. 
Urease (urea amydohydrolyse, EC 3.5.1.5) merupakan enzim yang paling efisien untuk mengubah urea menjadi amonium dan karbondioksida. Enzim ini sangat penting dalam penentuan urea dalam darah, urine, dan keringat, dan dalam proses dialisis untuk menghilangkan urea pada perlakuan uremia.
Penggunaan enzim ini seringkali terbatas karena harganya yang mahal, kelangkaan, ketidakstabilan, dan kesulitan dalam pembentukan kembali setelah bereaksi. Walaupun demikian enzim yang diamobilisasi biasanya menunjukkan aktivitas katalitik yang rendah dari pada enzim lain. Enzim ini lebih stabil, dapat digunakan kembali, dan lebih murah sehingga enzim yang diamobilisasi lebih banyak digunakan dalam penelitian.  
Dalam proses amobilisasi, urease diamobilisasi secara kovalen pada chitosan yang telah diaktifkan melalui gugus amino dari protein enzim yang direaksikan dengan gugus aldehid dari beberapa tetes glutaraldehid berposisi trans dengan chitosan. Untuk mendesain matriks amobilisasi enzim, beberapa parameter yang mempengaruhi amobilisasi enzim telah diteliti, seperti fraksi volume glutaraldehid, rasio tetesan urea, waktu proses amobilisasi, dan pH selama amobilisasi berlangsung. Parameter kinetik, sifat, dan stabilitas dari hasil amobilisasi enzim di bawah kondisi optimum kemudian ditentukan. 
(Zu Pei Liang, 2005)


2.17 Preparasi Biomimetik Bubuk HA pada Temperatur 37°C di dalam Kandungan Urea dan Enzim Urease dalam Aliran Tubuh.
Calcium hydroxyapatite (HA: Ca10(PO4)6(OH)2), adalah salah satu komponen senyawa anorganik yang ada pada tulang manusia. Pada aplikasi tulang sintetik, Calcium hydroxyapatite (HA: Ca10(PO4)6(OH)2) dipreparasi sebagai tahap awal dan bubuk biokeramik submikron. Bubuk karbonat HA disintesis dari kalsium nitrat tetrahidrat dan garam diamonium hidrogen phospat yang dilarutkan didalam larutan sintetik tubuh (SBF), yang mengandung urea (H2NCONH2) dan enzim urease, di bawah kondisi biomimetik 37 °C dan pH 7,4, dengan sebuah teknik preparasi secara kimia. Pada bubuk terdapat juga kandungan ion Mg dan Na, secara intensif dimasukkan oleh larutan SBF, juga oleh air murni, seama pada proses sintesis. Karakterisasi dan analisis kimia pada sintetis biomimetik bubuk HA ditunjukkan dengan scanning electon microscopy (SEM), Powder X-ray diffraction (XRD), Fourier-transformed infra red spectroscopy (FT-IR), dan inductively-coupled plasma atomic emission spectroscopy (ICP-AES). Penambahan enzim urease dengan jumlah yang telah ditentukan pada urea dalam sintetik aliran tubuh menggunakan Ha sintesis ditunjukkan pada pemasukkan yang membutuhkan kontrol pH untuk pencapaian kondisi biomimetik.
(Bayraktar, 1999)
2.18 Biosensor Urea dari Susunan Sol-Gel Film dengan Penyebab Kromoionofor Nile Blue dan Enzim Urease
Optik biosensor urea dibuat dengan beberapa layer sol gel film. Susunan sol gel film dipengaruhi kromoionofor nile blue ( ETH 5294 ) dan beberapa enzim urease tanpa membutuhkan adanya prosedur kimia. Respon  absorbansi dari biosensor diperhatikan dengan menggunakan panjang gelombang 550 nm, agar terjadi deprotonisasi  kromoionofor. Dari format multi layer sol gel film tersebut menggunakan enzim lebih tinggi dalam biosensor sehingga dapat tercapai hasil yang lebih baik. Optik biosensor urea mengkonstruksi dari tiga layer sol gel film yang isinya tentang urea yang mendemonstrasikan kelebaran dari respao dengan range mencapai 100 Mm urea ketika dibandingkan dengan biosensor yang menggunakan 1-2 layer film. Analisa urea dalam sampel urine dengan optik biosensor urea menunjukkan hasilnya dengan metode spektrofotometri dan menggunakan reagen p-dimetilaminobenzaldehid (R2 = 0,982, n = 6). Rata-rata urea dari sample urine menggunakan biosensor urea sekitar 103 %.
(Alqasaimeh dkk, 2007)
2.19  Pembelajaran Pada Kristal Urease
Dalam suatu studi yang diterbitkan oleh salah satu dari kami dinyatakan bahwa kristal urease diaktifkan oleh tripsin. Yang baru-baru ini Waldschmidt-Leitz dan Steigerwaldt mengulangi percobaan tersebut dan melaporkan bahwa hasil yang didapatkan berlawanan dengan temuan kami, urease dari kristal tidak diaktifkan oleh tripsin dan oleh sebab itu tidak suatu protein yang diumumkan oleh Sumner dan rekanannya dan oleh kami. perbedaan yang radikal ini dalam hasil yang sangat sederhana suatu eksperimen yang dituntut suatu penjelasan. Pertama kami mengulangi eksperimen sama dengan cara yang diuraikan oleh Waldschmidt-Leitz dan Steigerwaldt. Kita dapat mengkonfirmasikan hasil mereka adalah  hasil sebenarnya. Hal tersebut adalah urease, apakah kemurnian atau kasar, tidak ada pengaktifan oleh tripsin dalam suatu penyangga fosfat pH 7 ( 0.5~).
Bagaimanapun, pada pekerjaan yang yang lebih awal dilakukan dilakukan  oleh Waldschmidt-Leitz dan Steigerwaldt telah gagal mengamati sesuatu yang tidak penting yang nampak. Karena mengandung air larutan urease dari kristal yang tidak stabil, Sumner dan Hand  pada 1928 mengusulkan penambahan gum Arab. Hal ini untuk melindungi urease kristal dari pengaktifan genap untuk suatu hari. Karena alasan ini dalam pekerjaan yang telah dilakukan tidak ada eksperimen yang berhasil tanpa adanya getah. Oleh karena itu kami mengulangi eksperimen dengan penambahan gum Arab yang telah mampu mengkonfirmasikan hasil terdahulu, yakni tripsin merupakan pengaktif urease dari kristal.
(Tauber dan Kleiner, 1931)
2.20 Urease dari Suatu Isolat Coccoid yang Berpotensi : Pemurnian, Karakterisasi dan Pembandingan dengan Urease Mikrobia yang  Lain
SL-100 merupakan prototip dari isolate coccoid postif per gramnya dengan suatu adhesi tertentu dari mucin gastric dan merupakan wakil organisme patogenik  berpotensial yang diperoleh pada biopsy dari pasien yang mengalami kekacauan lambung. Urease dari isolate ini merupakan suatu fraksi yang penting dari jumlah protein sell dan hasil pemurniannya bahwa pemurniannya dihubungkan dengan suatu fraksi dinding sel. Urease dibersihkan 138 lipatan untuk memperjelas homogenitas, disebabkan oleh elektroforesis gel dengan aktivitas spesifik 1,120 U/mg.  Urease menjadi tidak stabil selama pemurnian tanpa kehadiran nikel, yang berfungsi sebagai metlosenter dalam urease mikrobia yang lain. Ketika nikel sulfat diberikan selama pertumbuhan (5 µM) dan penambahan buffer selama proses sonikasi dan pemurnian (100 µM). Akhirnya urease distabilkan pada suhu ruang selama itu proses pemurnian berlangsung. Pemurnian urease lebih stabil dalam asam dan lebih aktivitasnya lebih stagnan setelah diinkubasi selama 30 menit pada pH 1,3. Parameter kinetiknya, relatif melimpah, dan komposisi bagiannya lebih mirip dari urease Helitobakter daripada urease dari spesies mikrobia yang lain. Kesamaan ini merupakan konsekuensi suatu  adaptasi dari organisme ini untuk membentuk koloni dari perut dan menandakan bahwa urease mungkin suatu faktor yang jahat selama membentuk koloni.
Telah diketahui bahwa beberapa kasus dari penyakit lambung dan kerusakan lambung pada manusia disebabkan oleh Helicobacter pylori. Sama seperti kerusakan lambung yang disebabkan oleh Helitobacter felis yang menginfeksi pada anjing, kucing dan tikus dan oleh Helicobacter mustelae yang menginfeksi musang, sementara itu Helicobacter heilmannii penyebab kerusakan lambung pada pada kebanyakan hewan. Salah satu penanggulangan dengan memberikan urease dosis tinggi. Faktanya, setelah diberikan urease dosis tinggi meunjukkan melindungi lambung dari asam lambung dengan menetralkan asam dengan pemberian amoniak melalui hidrolisis urea.
(Lee & Calhoun, 2003 )

2.21 Analisa Bahan 
2.21.1 Aquades
Sifat fisik  :  berat molekul  18 g/mol
titik beku 00C
titik didih  1000C
berwarna jernih
Sifat kimia : bersifat polar 
larut dalam dimetil alkohol dan etil etanoat
mempunyai ikatan hidrogen 
mempunyai tetapan dielektrik tinggi
(Basri , 1996)

2.21.2 Phenolphtalein
Sifat fisik : kristal tak berwarna 
dalam bentuk cairan berwarna putih kekuningan
Sifat kimia : rumus molekul C20H14O4
larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya
tak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah muda dalam larutan basa
perubahan pH 8,2-10,0
                                    (Mulyono, 2001) 
2.21.3  Fenol merah
Sifat fisik : titik leleh 42 0C
titik didih 182 0C
densitas 1,1 g/mL
Sifat kimia : senyawa yang bersifat asam
C6H5OH yang berubah menjadi merah muda (pink) bila terkotori atau terkena cahaya
(Mulyono, 2001)  
2.21.4 Natrium karbonat (Na2CO3)
Sifat fisik : padatan kristal putih
titik leleh 851 0C (anhidrous)
densitas 2,5 (anhidrous) dan 1,4 (dekahidrat)
Sifat kimia : larut dalam air
mudah melapuk oleh udara
sebagai soda pembersih
(Mulyono, 2001)
2.21.5 Reagent benedict
Sifat fisik : menghasilkan warna jingga dengan gula pereduksi
Sifat kimia : reagen pengoksidasi untuk menentukan adanya gula pereduksi
terdiri dari natrium karbonat dan natrium nitrat, kupri sulfat dan air
     (Pringgodigdo, 1973)
2.21.6 Asam asetat (CH3COOH)
Sifat fisik : merupakan asam tak berwarna
bau menyengat
kemurniannya 99,52 %
titik didih 118,5 0C
titik beku 117 0C
Sifat kimia : larut dalam air dan asam pekat
     (Pringgodigdo, 1973)
2.21.7 Natrium hidroksida (NaOH)
Sifat fisik : titik leleh 318 0C
titik didih 139 0C
densitas 2,1 g/mL
padatan putih
Sifat kimia : senyawa basa kuat
higroskopis, korosif
mudah menyerap CO2 membentuk Na2CO3
(Mulyono, 2001)

2.21.8  Asam nitrat (HNO3)
Sifat fisik : zat cair tidak berwarna atau agak kekuningan titik leleh – 41 0C
titik didih 83 0C
density 1,5 g/mL
Sifat kimia : asam anorganik
berasap dan korosif
sebagai oksidator kuat
(Mulyono, 2001)
2.21.9 NH4OH
Sifat fisik : titik leleh -78 0C
titik didih -33,5 0C
berbentuk cairan
tidak berwarna, berbau tajam
Sifat kimia : merupakan senyawa basa
(Mulyono, 2001)

2.21.10 AgNO3
Sifat fisik : titik leleh 212 0C
densitas 4,3 g/mL
padatan kristal tak berwarna
Sifat kimia : menghasilkan cermin perak dan debagai reagen analitik.
(Mulyono, 2001)
2.21.11 HCl
Sifat fisik : titik leleh 114 0C
titik didih -85 0C
densitas 1,27 (udara = 1)
gas tak berwarna, berbau tajam
Sifat kimia : asam kuat 
sangat larut dalam air
merupakan hasil reaksi antara NaCl dan H2SO4
(Mulyono, 2001)
2.21.12 Asam pikrat
Sifat fisik : padatan kristal kuning
titik leleh 122 0C
density 1,8 g/mL
Sifat kimia : 2,4,6 trinitro fenol
asam C6H3N3O7
beracun, mudah meledak
(Mulyono, 2001)
2.21.13 Amonium sulfat padat
Sifat fisik : merupakan padatan kristal orthorombik berwarna putih
berat molekul 132,4 g/mol
densitas 1,67 g/mL
Sifat kimia : sangat larut dalam air dan tidak larut dalam etanol.
(Basri, 1996)
2.21.14 Urine
Sifat fisik : berwarna agak kekuningan, berbau
berat jenis antara 1,003-1,030
Sifat kimia : bersifat agak asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0
(Harper, 1961)
2.21.15 Sodium nitroprusid
Sifat fisik : cairan jernih, garam Na
(Basri, 1996)
2.21.16 BaCl2
Sifat fisik : kristal putih
titik leleh 963 0C
titik didih 1560 0C
Sifat kimia : digunakan dalam ekstraksi barium melalui elektrolisis dibuat dengan melarutkan BaCO3 dalam asam hidroklorida dan mengkristalkan hidrat. 
(Daintith, 1990)

2.21.17 Tepung kedelai
Sifat fisik : berbentuk serbuk, berwarna kecoklatan
Sifat kimia : merupakan produk olahan dari kacang kedelai
sebagai sumber protein
(Anonim, 2008)
2.21.18 K2C2O4
Sifat fisik : berbentuk kristal
  tidak berwarna
Sifat kimia : beracun, dapat menyebabkan iritasi
larut dalam air
senyawa ini dapat digunakan sebagai sumber utama asam oksalat, larutan pereaksi dalam kimia analisis dan bahan pembersih.
(Basri, 1996)
2.21.19 Amonium molibdat
Sifat fisik : berbentuk cairan bening
Sifat kimia : senyawa ini merupakan garam dari amonia dan asam molibdat
rumus molekul (MH4)6MoO7O24 . H2O
(Arora, 2004)

III. METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat
-Tabung reaksi
-gelas ukur
-pipet tetes
-spatula
-pengaduk
-pemanas listrik
-penangas air
-kaki tiga
-gelas beker 250 mL
-drop plate
-kertas saring
-corong
-erlenmeyer
-cawan porselin

3.1.2  Bahan
-sampel urine
-akuades
-phenolftalein
-fenol merah
-reagen benedict
-CH3COOH 0.1 M
-tepung kedelai
-amonium sulfat padat
-amonium molibdat
-NaOH 2 M
-HNO3 pekat
-NaCO3
-NH4OH
-BaCl2
-K2C2O3
-HCl pekat
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Senyawa Organik dalam urine
3.2.1.1 Pemecahan Ureum oleh Urease
3.2.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi
3.2.1.3 Tes Adanya Kreatinin
3.2.1.4 Tes adanya Asam Urat dan Garamnya
a. Percobaan Muroksid

3.2.1.5  Tes adanya senyawa keton (Percobaan Rhoten)
3.2.1.6 Tes Adanya Protein
3.2.2 Senyawa Anorganik dalam Urine
3.2.2.1 Tes Adanya Asam Amino 

3.2.2.2 Tes Adanya Klorida

3.2.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
3.2.2.4 Tes Adanya Sulfat

IV. DATA PENGAMATAN
No
Perlakuan
Hasil
Ket
1
Pemecahan Ureum menjadi Urease
-3 mL urine + 4 tetes fenol merah + Na2CO3 2%
-penambahan CH3COOH
-pemanasan hingga 60oC
-penambahan tepung kedelai
-pengocokan, pendiaman





-3 mL akuades + 4 tetes fenol merah + Na2CO3 2%
-penambahan CH3COOH
-pemanasan hingga 60oC
-penambahan tepung kedelai
-pengocokan, pendiaman


-Terbentuk larutan


-Warna larutan menjadi agak memudar
-Larutan menjadi keruh
-Terbentuk endapan tepung kedelai dan warna sedikit merah jambu pada semua sampel urine
-Sampel urine pria
-Sampel urine wanita


-Warna larutan tetap jernih










+
+
2
Tes Adanya Gula pereduksi
-    1 mL urine + 5 mL Benedict
-    pemanasan
-    pendinginan dengan cepat

-Terbentuk larutan berwarna biru
-Terbentuk endapan merah bata
-Sampel urine pria
Sampel urine wanita



+++
++++
3
Tes Adanya Kreatinin
a. Percobaan JAFFE
-5 mL urine + 1 mL asam pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M
-5 mL akuades + 1 mL asam pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M
b. Percobaan WEYL
-5 mL urine + 5 tetes Na-nitropusid
-penambahan NaOH hingga alkalis
-penambahan beberapa tetes CH3COOH


-Urine pria berwarna jingga kuning
-Urine wanita berwarna jingga kuning
-Pada akuades berwarna kuning




-Urine pria berwarna kuningkecoklatan
-Urine wanita berwarna kuning kecoklatan


+
+





-

-
4
Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya
a.       Percobaan Muroksid
-0.5 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat
-pemanasan sampai kering
b. Percobaan Reduksi Perak
-pembasahan kertas saring dengan AgNO3
-penetesan dengan campuran 5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2%



-Urine pria terbentuk endapan kuning kecoklatan kering
-Urine wanita terbentuk endapan kuning kecoklatan kering
-Urine pria tidak memberi perubahan pada kertas saring (kertas saring tetap putih)
-Urine wanita juga tidak memberi perubahan warna pada kertas saring (kertas saring tetap putih)


-

-

-


-
5
Tes Adanya Senyawa Keton
-10 mL urine + (NH4)2SO4 padat
-pengocokan
-penambahan 3 tetes Na-nitropusid 5% + 2 mL NH4OH jenuh
-pengocokan, pendiaman 30 menit

-Larutan menjadi jenuh

-Urine pria tetap kuning jernih
-Urine wanita tetap kuning jernih



-
-
6
Tes Adanya Protein
-penyaringan 10 mL urine
-pemanasan
-penambahan 3-5 tetes CH3COOH
-pengamatan


-Warna urine menjadi pudar
-Urine pria tetap berwarna kuning pudar jernih
-Urine wanita tetap berwarna kuning pudar jernih



-

-
7
Tes Adanya Amino
-2 mL urine + 2 tetes PP + 2-3 tetes Na2CO3 2%

-pemanasan sampai mendidih

-peletakkan kertas saring basah oleh PP di atas mulut tabung reaksi
-pengamatan perubahan pada kertas saring

-Terbentuk larutan urine berwarna merah jambu pada semua sampel urine
-Warna larutan urine pada kedua sampel menjadi kuning kecoklatan
-Tidak ada perubahan warna pada kedua kertas saring
-Urine pria
-Urine wanita








-
-

8
Tes Adanya Klorida
-2 ml urine + 2 tetes HNO3 pekat+ 2 tetes larutan AgNO3
-pengamatan

-Urine pria terbentuk endapan yang larut dengan amonium hidroksida berlebih
-Urine wanita juga terbentuk endapan yang dapat larut dengan amonium hidroksida berlebih

+


+
9
Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
-10 mL urine + 1 mL NH4OH hingga alkalis
-pemanasan
-penyaringan
-pencucian endapan dengan akuades
-pelarutan endapan dalam 1 mL CH3COOH 2%
-pembagian ke dalam 2 tabung
-tabung I + 1 tetes HNO3 pekat + 3 tetes amonium molibdat
-pemanasan
-tabung II + 3 tetes K2C2O4
-pengamatan



-Urine pria tidak terbentuk endapan
-Urine wanita tidak terbentuk endapan
-

-

-
-

-
-
-



-
-
10
Tes Adanya Sulfat
-2 mL urine + 1 tetes HCl pekat + 3 tetes BaCl2
-pengamatan



-Urine pria terbentuk endapan
-Urine wanita terbentuk endapan



+
+






V.

V. HIPOTESA
Pada percobaan ini senyawa-senyawa dan unsur-unsur  sekarang yang terkandung dalam protein. Identifikasi meliputi senyawa organik serta senyawa anorganik dalam urine. Identifikasi senyawa organik dalam urine yang akan dilakukan adalah pemecahan ureum oleh urease, tes  adanya gula pereduksi, tes kreatinin yaitu percobaan JAFFE dan WEYL, tes asam urat dan garamnya, yaitu percobaan muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes senyawa keton, tes protein. Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dalam urine meliputi tes adanya ammonia, adanya klorida, tes adanya fosfat dan kalsium, dan tes adanya sulfat. Dari beberapa identifikasi yaitu tes gula pereduksi akan menunjukkan kekeruhan atau endapan merah bata jika terdapat gula pereduksi. Uji positif untuk senyawa   keton yaitu adanya warna jingga, uji positif adanya protein jika timbul endapan, tes pemecahan ureum oleh urease dengan adanya warna merah muda, pada percobaan WEYL adanya cincin merah dan endapan yang banyak, tes muroksid dengan uji positif adanya warna kecoklatan, uji positif SCHIFF terbentuk cincin perak. Sedangkan untuk tes adanya amonia uji positifnya adalah warna merah muda pada kertas saring, uji positif adanya klorida yaitu adanya endapan keruh dan akan larut jika penambahan NH4OH berlebih, uji positif untuk tes fosfat yaitu adanya endapan kuning, uji positif tes kalsium yaitu timbul endapan atau kekeruhan yang tidak larut, uji positif adanya sulfat adalah dengan adanya endapan keruh

VI   PEMBAHASAN
Percobaan identifikasi senyawa dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine.Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinenya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat.
Identifikasi senyawa dalam urine sangat penting karena dengan adanya identifikasi senyawa dalam urine bisa mengetahui ada dan tidaknya suatu penyakit dalam tubuh. Identifikasi urine bisa dilakukan dengan beberapa metode berikut.
6.1 Senyawa Organik Dalam Urine
6.1.1 Pemecahan Ureum Oleh Urease
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya ureum dalam urine yang dapat dipecah oleh enzim urease. Prinsip percoban ini adalah pemecahan ureum oleh enzim urease. Pada percobaan ini yang berperan sebagai sumber enzim urease adalah tepung kedelai. Prosedur pertama yang dilakukan adalah menambahkan indikator fenol merah pada urine pria dan wanita serta pada akuades sebagai pembanding. Penambahan indikator fenol merah ini bertujuan untuk menandai perubahan pH yang terjadi pada larutan.
Reaksi fenol merah: 
(Anonim, 2008)

Perubahan pH ini untuk menandai pH optimum enzim urease bekerja optimal. Fenol merah merupakan indikator dengan range pH 6,0-8,4 dan pada suasana asam membentuk warna kuning. 
(Underwood, 1986)
Penambahan natrium karbonat berfungsi untuk mencapai pH yang diinginkan yaitu pH enzim urease bekerja optimum pada suasana basa. Pencapaian pH tersebut ditandai dengan perubahan warna. Penambahan asam asetat akan menghasilkan larutan berwarna kuning, baik pada urine maupun akuades. Fungsi asam asetat adalah untuk memberikan suasana asam. 
Selanjutnya dipanaskan sehingga warna larutan pada urine dan akuades menjadi kuning muda. Fungsi pemanasan adalah untuk mencapai suhu optimal enzim urease, sehingga enzim tersebut bekerja secara optimal pada proses pemecahan ureum. Kemudian penambahan  tepung kedelai ke dalam sampel urine dan akuades. Fungsi tepung kedelai adalah sebagai sumber enzim urease. Pada sampel urine menghasilakan larutan kuning keruh, sedangkan pada akuades menghasilkan larutan kuning yang lebih bening. Dari percobaan didapatkan hasil yang positif pada kedua sampel urine.
Reaksi yang terjadi adalah:
(Kusnawidjaya, 1987)

6.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi
Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi reduksi. Penambahan reagen benedict ini bertujuan untuk membentuk endapan merah bata gugus pereduksi yang terdapat dalam urine saat dipanaskan.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(Martoharsono, 1993)
Penambahan reagen benedict tersebut membuat larutan menjadi berwarna biru kemudian larutan tersebut dipanaskan. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dipanaskan, dalam larutan yang berwarna biru, pada bagian dasar tabung reaksi terbentuk endapan merah bata yang menunjukkan uji positif. 
Tidak digunakan fehling pada percobaan ini karena benedict lebih peka daripada fehling untuk mengidentifikasi adanya asam urat atau kreatinin sedangkan jika digunakan fehling maka asam urat atau kreatinin akan mereduksi fehling sehingga gula pereduksi tidak bisa teridentifikasi. 
Dari hasil percobaan didapatkan kedua sampel urine menunjukkan uji positif mengandung gula pereduksi yang menunjukkan abnormalitas pada urine. Orang yang mempunyai urine jenis ini menderita penyakit Diabetes Melitus (DM).
6.1.3 Tes Adanya Kreatinin
6.1.3.1 Percobaan JAFFE 
Metode ini dilakukan untuk menunjukkan adanya kreatinin dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan kreatinin. Pada metode ini, sampel urine ditambah dengan asam pikrat jenuh yang menghasilkan warna kuning pekat pada sampel urine dan warna kuning terang pada akuades. Kemudian ditambah dengan NaOH yang menghasilkan warna jingga kuning pada kedua sampel. Hal ini terjadi dengan memprotonkan nitrogen dalam suasana basa yang kemudian terbentuk kreatinin rantai lurus. Terbentuknya warna jingga kuning ini menunjukkan uji positif yang merupakan tanda telah terpecahnya kreatinin dalam urine menjadi kreatinin dan garam asam pikrat. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada kedua sampel urine positif mengandung kreatinin. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna pada kedua sampel urine menjadi kuning jingga.
Reaksi yang terjadi:
(Martoharsono, 1993)
6.1.3.2 Percobaan WEYL
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah penambahan larutan basa untuk menghasilkan warna. Penambahan Sodium Nitroprusid dan NaOH bertujuan agar kreatinin dapat bereaksi dengan basa dan menunjukkan warna merah. Selanjutnya pada penambahan asam asetat berfungsi agar kreatinin menunjukkan warna reaksi yang berbeda terhadap suasana asam yaitu kembali menjadi berwarna kuning. Uji positif yang menunjukkan adanya kreatinin adalah perubahan warna menjadi merah saat ditambahkan larutan basa dan kembali berwarna kuning saat penambahan asam. Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil bahwa pada urine wanita positif mengandung kreatinin sedangkan pada urine pria juga memberi uji positif mengandung adanya kreatinin.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(Martoharsono, 1993)

6.1.4 Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya
6.1.4.1 Percobaan Muroksid
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa asam urat dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemutusan ikatan rangkap pada asam urat. Penambahan HNO3 pekat dalam percobaan ini adalah untuk memutus ikatan rangkap pada asam urat (C=O ) menjadi ikatan tunggal C-OH dan mengeliminasi ikatan tunggal C-H menjadi ikatan rangkap C=N sehingga dihasilkan senyawa berwarna kuning kecoklatan.
Reaksinya:
(Martoharsono, 1993)
Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi yang terjadi. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil terbentuknya  endapan kuning kecoklatan pada kedua sampel urine. Hal ini berarti bahwa dalam kedua sampel urine tersebut mengandung asam urat.
6.1.4.2 Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya asam urat dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi ion Ag+ menjadi Ag. Uji positif pada percobaan ini adalah adanya lapisan seperti cermin perak yang menempel pada kertas saring. Penambahan larutan Na2CO3 bertujuan untuk membentuk garam dari asan urat ketika Na2CO3 bereaksi dengan asam urat. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mereaksikan AgNO3 tersebut dengan garam dari asam urat dan membentuk lapisan warna perak pada kertas saring akibat adanya reduksi  Ag+ menjadi Ag oleh garam sodium (Na+) dari asam urat tersebut. 
Reaksi yang terjadi adalah:
(Kusnawidjaya, 1987)
Dari hasil percobaan didapat hasil terbentuk endapan kuning kecoklatan pada kedua sampel urine. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut tidak mengandung asam urat. Hal ini dikarenakan kandungan asam urat dalam urine sangat sedikit.

6.1.5 Tes Adanya Senyawa Keton
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya senyawa keton yang terkandung dalam urine. Prinsip percoban ini adalah pengoksidasian gugus keton. Uji positif adanya keton ditandai dengan terbentuknya warna jingga setelah berlangsungnya reaksi. Penambahan (NH4)2SO4 padat bertujuan untuk mengkondisikan larutan urine yang asam  menjadi netral. Selanjutnya, ditambahkan dengan larutan nitroprusid dan NH4OH jenuh bertujuan agar reaksi oksidasi gugus keton dapat berlangsung dalam suasana basa.
Reaksi yang terjadi:
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada kedua sampel urine tidak terjadi perubahan warna. Kedua sampel urine tersebut tetap berwarna kuning jernih. Hal ini menandakan bahwa dalam kedua sampel urine tersebut negatif tidak mengandung gugus keton. 
6.1.6 Tes Adanya Protein
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya protein dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan protein menjadi monomer-monomernya yang lebih sederhana. Pertama kali yang dilakukan adalah menyaring urine dengan tujuan agar pengotor-pengotor dalam urine bisa terpisah. Kemudian urine tersebut dipanaskan dan ditambahkan asam asetat 2N. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi. Penambahan asam asetat berfungsi untuk membuat protein yang ada dalam urine terdenaturasi sehingga terbentuk endapan yang menandakan adanya protein dalam urine. 
Reaksi yang terjadi:
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada kedua sampel urine larutan tetap bening dan tidak terbentuk endapan. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut tidak mengandung protein. 
6.2 Senyawa Anorganik dalam Urine
6.2.1 Tes Adanya Amonia
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa amonia yang terdapat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi NH4+ menjadi NH3. Urine ditambah dengan Na2CO3 yang bertujuan untuk membentuk NH3. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya warna merah muda pada kertas saring. Kemudian ditambahkan indikator PP yang bertujuan untuk menandai perubahan pH dari asam menjadi basa setelah penambahan Na2CO3.
Reaksi phenolftalein (PP) adalah:
(Underwood, 1986)
 Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Pada kertas saring ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan untuk mengetahui adanya gas yang bersifat basa yang timbul selama proses pemanasan. Gas yang bersifat basa tersebut dapat merubah warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP menjadi merah muda. Dari hasil percobaan didapat bahwa kedua sampel urine tersebut negatif. Dalam kedua sampel urine tidak mengandung amonia karena kertas saring tersebut tidak berubah menjadi merah muda. Hal ini dikarenakan tidak ada gas amonia yang dibebaskan selama reaksi.
Reaksi yang terjadi:
(Martoharsono, 1993)
6.2.2 Tes Adanya Klorida
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya klorida dalam urine. Prinsip percoban ini adalah reaksi pembentukan kompleks dan reaksi pengendapan. Pada percobaan ini urine ditambah dengan HNO3 pekat dan AgNO3. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk menguraikan ikatan ionik antara Cl- yang pada umumnya berikatan dengan Na+. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mengendapkan Cl- menjadi AgCl. Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan endapan AgCl menjadi ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari percobaan ini adalah terbentuknya endapan atau warna merah muda yang dapat larut jika ditambahkan dengan NH4OH berlebih. Hasil percobaan yang dilakukan didapat bahwa pada kedua sampel urine terbentuk endapan dan warna merah muda yang kemudian larut dengan adanya penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa dalam kedua sampel urine tersebut positif mengandung klorida.
Reaksi yang terjadi:
(Martoharsono, 1993)
6.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fosfat dan kalsium dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi pengendapan. Uji positif adanya fosfat dalam urine ditandai dengan terbentuknya endapan warna kuning. Sedangkan Uji positif adanya kalsium adalah terbentuknya endapan atau larutan yang keruh. Pada percobaan ini urine ditambah dengan larutan amonium hidroksida yang berfungsi untuk membuat larutan bersifat alkalis. Kemudian larutan tersebut dipanaskan untuk mempercepat reaksinya. Pada saat pemanasan larutan tidak terbentuk endapan sehingga ujinya negatif yang menandakan bahwa dalam kedua sampel urine tersebut tidak mengandung fosfat dan kalsium.
Reaksi yang terjadi:
(Kusnawidjaya,1987)
6.2.4 Tes Adanya Sulfat
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sulfat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya endapan putih atau keruh pada larutan. Pada percobaan ini kedua sampel urine ditambah dengan HCl pekat dan BaCl2. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang berwarna putih dan tidak larut.
Reaksi yang terjadi:
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada kedua sampel urine baik urine pria dan wanita mengandung sulfat yang ditandai dengan terbentuknya endapan.









VII. KESIMPULAN
7.1 Unsur-unsur yang terkandung dalam urine antara lain:
7.1.1 Senyawa Organik:
Ureum, gula pereduksi, kreatinin, asam urat dan garamnya, keton dan protein.
7.1.2 Senyawa Anorganik
Amonia, klorida, fosfat dan kalsium serta sulfat
7.2 Identifikasi senyawa dalam urine bisa dilakukan dengan uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan  tes adanya protein untuk uji senyawa Organik.
7.3 Identifikasi senyawa Anorganik dilakukan dengan Tes adanya amonia, klorida, sulfat, fosfat dan kalsium
7.4 Dari hasil percobaan didapatkan bahwa:
7.4.1 Pemecahan ureum oleh urease pada kedua sampel urine didapat uji positif.
7.4.2 Tes adanya gula pereduksi juga memberi uji positif pada kedua sampel urine.
7.4.3 Tes adanya kreatinin pada percobaan JAFFE kedua sampel urine menunjukkan uji positif mengandung kreatinin sedangkan pada percobaan WEYL kedua sampel memberi uji negatif tidak mengandung kreatinin.
7.4.4 Tes adanya asam urat dan garamnya pada percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF) kedua sampel urine memberi uji negatif.
7.4.5 Tes adanya senyawa keton dan tes adanya protein kedua sampel urine memberi uji negatif.
7.4.6 Tes adanya amonia kedua sampel urine memberi uji negatif.
7.4.7 Tes adanya klorida dan tes adanya sulfat kedua sampel urine memberi uji positif.
7.4.8 Tes adanya fosfat dan kalsium kedua sampel urine memberi uji negatif.

Daftar Pustaka

Alqasaimeh, Heng & Ahmad, A Urea from Stacked Sol-Gel Films with Immobilized Nile Blue Chromoionophore and Urease Enzim, University Kebangsaan Malaysia, Malaysia.
Anonim, 2008, Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata, www.ilmupedia.com.
             , 2008, Ginjal, www.wikipedia.com.
Arora, H., 2004, Dictionary of Chemistry, A.I.T.B.S Publisher and Distributors (Regd.), Delhi.
Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.
Bettelhem, 1995, Urinary Tract Infections, Definitions and Classification. Mosby Year Book Inc, Missouri.
Daintith, J., 1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta.
Harper, 1961, Review of Physiological Chemistry, Medical Publication, Canada.
Karaca,A., Baran,A., & Kaktanir, K., 1997, The Effect of Compaction on Urease Enzyme Activity, Carbon Dioxide Evaluation and Nitrogen Mineralisation, Ankara University, Faculty of Agriculture, Soil Science Department, Ankara-TURKEY.
Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung.
Lee & Calhoun, 2003, Urease From Potentially Pathogenic Cocoid Isolate: Purification, Characterization and Comparison to Other Microbial Urease, Departement of Chemistry, City College of New York, New York.
Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Mulyono, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung.
Pringgodigdo, A. G. 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin, Jakarta.
Soriano & Hausinger, 1999, GTP-Dependent Activation Of Urease Apoprotein in Complex with the UreD, UreF, and UreG Accessory Proteins, Departement of Microbiology and Biochemistry, USA.
Tauber & Kleiner, 1931, Studies on Cristalline Urease, Department of Physiological Chemistry, New York Homeopathic Medical, New York.
Tim DepKes RI, 1994, Bakteriuri Infektif, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Underwood, 1986, Quantitative Analysis, Prentice-Hall Inc, New York.

Tinggalkan komentar jika  ini bermanfaat
Tag : Praktikum
0 Komentar untuk "PERCOBAAN III - Urine Identifikasi Senyawa Dalam Urine ( Praktikum Biokimia )"

Back To Top