PERCOBAAN VIII - Aktivitas Spesifik Enzim α-Amilase ( Praktikum Biokimia )



ABSTRAK

Percobaan aktivitas spesifik enzim α-amilase bertujuan untuk menentukan aktivitas spesifik enzim α-amilase hasil isolasi dan pemurnian awal. Prinsip percobaan ini adalah Penentuan aktivitas spesifik enzim α-amilase melalui pengukuran konsentrasi menggunakan spektrofotometer. Metode pada percobaan ini yaitu Sentrifugasi (yaitu proses pemurnian protein yang didasarkan pada pengendapan dengan cara sentrifugal/perputaran), dan metode spektrofotometer. Penentuan aktivitas spesifik enzim α-amilase hasil isolasi dan pemurnian awal akan didapatkan hubungan aktivitas spesifik enzim α-amilase dengan konsentrasi, dimana konsentrasi larutan ubi ungu yang semakin besar akan menurunkan aktivitas spesifik enzim α-amilase.  Nilai aktivitas spesifik enzim α-amilase pada enzim murni adalah 0,039. Sedangkan nilai aktivitas spesifik enzim α-amilase pada enzim kasar adalah 0,046

PERCOBAAN VIII
AKTIVITAS SPESIFIK ENZIM α-AMILASE

I. TUJUAN
Menentukan aktivitas spesifik enzim α-amilase hasil isolasi dan pemurnian awal

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Enzim
Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalis dalam sel hidup. Enzim telah banyak digunakan dalam bidang industri pangan, farmasi dan industri kimia lainnya. Dalam bidang pangan misalnya amilase, glukosa-isomerase, papain, dan bromelin, sedangkan dalam bidang kesehatan contohnya amilase, lipase, dan protease. Enzim dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah : dapat meningkatkan produk beribu kali lebih tinggi; bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu yang relatif rendah; dan bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu.
Kesetimbangan untuk pembentuk adalah :

Dengan Es adalah kompleks enzim substrat, E adalah enzim, S adalah substrat , dan Km adalah tetapan kesetimbangan. (Azmi, 2006)

2.2. Enzim α-amilase
Enzim alfa amilase merupakan salah satu jenis enzim yang berperan atau berfungsi menghidrolisis atau memecah molekul-molekul pati menjadi molekul-molekul lain yang lebih sederhana seperti dekstrin, maltosa, dan glukosa. Mekanisme kerja dari enzim alfa amilase adalah dengan cara memecah ikatan α-1,4 glikosidik rantai glukan pati. Enzim enzim alfa amilase bekerja optimum pada pH sekitar 6 dan pada suhu 60oC. Jika suhu ditingkatkan, pH optimum juga meningkat sampai sekitar 7. Jika α-amilase berasal dari Bacillus licheniformis maka akan menghidrolisis pati dengan hasil utama maltoheksosa, malopentosa dengan jumlah glukosa yang lebih tinggi (8 – 10%). enzim alfa amilase mampu meningkatkan rasa manis pada ekstrak sari buah karena aktivitas enzim alfa amilase yang mampu menghidrolisis pati pada pisang menjadi gula lain yang lebih sederhana. 
                  (Darmajana and Agustina, 2008)
2.3. Klasifikasi dan struktur protein
Secara umum protein dapat dikategorikan menurut tipe tugas yang dilaksanakan yaitu :
1. Protein struktural : Terdiri atas molekul panjang, liat dan tidak larut
2. Protein globular : Bentuknya bulat dan larut dalam air.
3. Protein konfigurasi : Merupakan protein yang bersenyawa dengan zat lain.
Protein mempunyai struktur sebagai berikut:
a) Struktur primer : Struktur kerangka kovalen dan deret residu asam amino.
b) Struktur sekunder : Struktur konformasi residu asam amino dekat polipeptida.
c) Struktur tersier : Struktur protein yang rantai keeseluruhannya 3 dimensi
d) Struktur kuertener : Struktur antaraksi antara sub unit protein
(lehninger, 1999)
2.4. Aktivitas Spesifik Enzim
Aktivitas spesifik hanya dapat digunakan untuk preparat enzim yang murni, yaitu jumlah satuan enzim per miligram enzim protein, tetapi aktivitas spesifik dapat pula ditentukan pada enzim tidak murni. Aktivitas spesifik enzim murni menunjukkan derajat kemurnian enzim dalam suatu sampel.
Bila berat molekul enzim diketahui, maka aktivitasnya dapat dinyatakan dalam bentuk aktivitas molekular adalah jumlah satuan substrat permikromol enzim. Atau dapat pula diartikan sebagai jumlah molekul substrat di ubah setiap menit oleh setiap molekul enzim. Aktivitas molekuler merupakan sifat enzim individu, jadi dapat dgunakan untuk menentukan kemurnian enzim seperti halnya aktivitas enzim.
(Poedjiadi, 1994)

2.5. Penentuan Aktivitas Enzim α-amilase
Metode yang digunakan dalam mengukur aktivitas enzim α-amilase yaitu metode spektrometri. Prosedurnya berupa penentuan produk (glukosa) dengan bantuan sinar, sesuai hukum lambert-Beer :
-Log T = A = Є . b . c
Dimana : T = transmitansi
   A = absorbansi
   Є = koefisien ekstingsi molar
    b = tebal kuvet
    c = konsentrasi
Untuk menentukan banyaknya produk glukosa yang terbentuk dari reaksi enzimatis maka digunakan kurva standar glukosa. Produk dinyatakan dalam satuan unit aktivitas yang didefinisikan banyaknya mol glukosa dan reaksi enzimatis pada kondisi optimum.
        (Hardjono, 2001)
2.6. Spektrofotometer UV-VIS 
Secara umum semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-VIS karena mereka mengandung elektron yang dapat tereksitasi ke tingkat energinya yang lebih tinggi. Panjang gelombang yang terjadi tergantung pada beberapa kuat elektron ini terikat pada molekul. Absorbansi larutan bertambah dengan penguraian kekuatan sinar, bila konsentrasi materi yang dilewati cahaya bertambah maka cahaya lebih banyak diserap. Jadi absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan b dan dengan konsenttrasi c.
        (Hardjono, 2001)

2.7. Tekhnik Sentrifugasi
Tekhnik sentrifugasi adalah suatu tekhnik pemisahan berdasarkan sifat partikel dalam medan gaya sentrifugal. Partikel yang berbeda berat jenis, ukuran dan bentuknya mengendap searah dengan gaya sentrifugal dengan kecepatan berbeda. Partikel yang akan dipisahkan biasanya disuspensi dalam  medium cair yang dimasukan dalam tabung sentrifugal yang dapat ditempatkan dalam rotasi yang berputar, rotor terletak pada pusat sumbu simetri.
  (lehninger, 1999)


2.8. Metode Nelson-Soumogyi
Penentuan aktivitas enzim α-amilase dilakukan dengan metode spektrofotometri di mana dilakukan penentuan terhadapproduk enzimnya yaitu glukosa dengan metodeNelson-Soumagyi yang prinsipnya adalah pemanasan gula dengan larutan alkali dari tembaga tartrat dan terbentuk cupri oksida.
(Lehninger,1999)
2.9. Metode Lowry
Protein dengan asam fosfotungstien-fosfomolibdat pada suasana alkali akan memberi warna biruyang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein. Larutan A terdiri atas fosfotungstein, fosfomolibdat. Larutan B (2% Na2CO3 dalam NH4OH 0,1 N, CuSO4 dan Na-K tartrat 2%). Cara penentuannya adalah sebagai berikut, 1 ml larutan protein ditambah 0,5 ml lowry B, digojog dan biarkan 20 menit. Selanjutnya diamati OD nya pada λ yang terpilih. Cara lowry 20 kali lebih sensitif pada cara UV atau buret.
        (lehninger, 1999)
2.10. Analisa Bahan
2.10.1. Amilum 
Polisakarida yang banyak terdapat dari tumbuhan, dalam bahasa sehari-hari disebut pati, terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian. Terdiri atas dua macam polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin.
  (Poedjiadi, 1994)
2.10.2. Glukosa
BM :60,16, larut dalam larutan fehling, tollens dan eter, sulit larut dalam alkohol, memiliki dua jenis yaitu D-glukosa dan L-glukosa.
          (Daintith, 1994)
2.10.3. ZnSO4
Senyawa kristalis larut air, berwarna putih, dibuat lewat pemanasan bijih zink sulfida diudara dan melarutkan dan mengkristalisasi sulfatnya.
          (Daintith, 1994)

2.10.4. Ba(OH)2
Padatan putih, secdikit larut dalam air, bentuk yang umum adalah oktahidrat, monoklinik, titik leleh 780C.
          (Daintith, 1994)
2.10.5. Akuades
Cairan tak berwarna, titik leleh 00C, titik didih 1000C, tidak berbau dan tidak berasa, terdiri dari satu molekul H2O dengan ikatan H-OH 1050
    (Daintith, 1994)
2.10.6. Reagen Lowry
- Reagen lowry A
Larutan asam phospo-fungatic-phospo-molybdic.
- Reagen lowry B
100 ml 2% Na2CO3 dalam larutan NaOH 0,1 N dengan 1 ml CuSo4. 5H2O 1% dan 1 ml natrium-kalium tartat 2%.
    (Sudarmadji, 1997)
2.10.7. Buffer Phosfat
Larutan A = 0,2 M larutan Na-Phospat monobasis (27,8 g dalam 1000 ml)
Larutan B = 0,2 M larutan Na-phosphat dibasis (52,65 g)
    (Sudarmadji, 1997)
2.10.8. Reagen Nelson-Somougyi
- Reagen A
12 g K.Na tartat : 1,6 g Na-bikarbonat, 14,4 g Na-sulfat anhidrat, 2,4 g Na-karbonat anhidrat dilarutkan dengan akuades.
- Reagen B
2 g CuSo4.5H2O ditambah 18 g Na2SO4 anhidrat dilarutkan sampai 100 ml (Reagen Nelson Soumogyi : 1 bagian Nelson A + 1 bagian Nelson A)
(Sudarmadji, 1997)

III. METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1. Tabung reaksi 5. Gelas ukur
2. Sentrifuge 6. Gelas bekker
3. Inkubator 7. Spektrofotometer UV-VIS
4. Pipet tetes
3.1.2. Bahan
1. Sampel enzim     6. CuSO4
2. amilum 7. Buffer fosfat
3. larutan glukosa 8. Reagen Nelson-Soumogyi
4. akuades 9. Reagen Lowry
5. Ba(OH)2
IV. DATA PENGAMATAN

No
Perlakuan
Hasil
1



2







3
Penentuan aktivitas enzim α-amilase
1 ml larutan amilum 1% +  0,1 ml enzim + 3,9 ml buffer fosfat, inkubasi

Penentuan kadar gula pereduksi
-0,1 ml larutan inkubasi + 1,5 ml akuades + 0,2 ml Ba(OH)2 0,01 M + ZnSO4 0,2 ml 0,01 M, penggojogan sentrifugasi
-1 ml supernatan + 1 ml reagen Nelson + 1 ml reagen arsenomolibdat, pengenceran
-Pengukuran A dengan spektra UV

Penentuan Kadar Protein
-0,2 ml larutan enzim + 1 ml reagen C + 0,1 ml reagen D + pendiaman 30 menit
-Pengukuran A pada λ = 750 nm


V. HIPOTESA
Penentuan aktivitas spesifik enzim α-amilase hasil isolasi dan pemurnian awal akan didapatkan hubungan aktivitas spesifik enzim α-amilase dengan konsentrasi, dimana konsentrasi yang semakin besar akan menurunkan aktivitas spesifik enzim α-amilase.


         Semarang, 18 Oktober 2009
         Mengetahui,  
            Asisten                 Praktikan


                                                       Didi Sutardi
          J2C005                           J2C006019

IV. DATA PENGAMATAN
No
Perlakuan
Hasil
1


2







































3
Penentuan aktivitas enzim α-amilase
1 ml larutan amilum 1% +  0,1 ml enzim + 3,9 ml buffer fosfat, inkubasi
Penentuan kadar gula pereduksi dengan metode Nelson-Soumogyi
-0,1 ml larutan inkubasi + 1,5 ml akuades + 0,2 ml Ba(OH)2 0,01 M + ZnSO4 0,2 ml 0,01 M, penggojogan sentrifugasi 10 menit
a. ekstrak kasar
b. fraksi I
c. fraksi II
d. fraksi III
e. fraksi IV
-1 ml larutan supernatan + 1 ml reagen Nelson-soumogyi, dipanaskan dalam larutan mendidih selama 15 menit, didinginkan
a. ekstrak kasar
b. fraksi I
c. fraksi II                kelompok I
d. fraksi III
e. fraksi IV

a. ekstrak kasar                                                                           
b. fraksi I
c. fraksi II                kelompok II
d. fraksi III
e. fraksi IV                                                                       
-Penambahan 1 ml larutan molibdat, pengenceran
a. ekstrak kasar
b. fraksi I
c. fraksi II
d. fraksi III
e. fraksi IV
-Penentuan konsensentrasi dengan spektra UV
a. ekstrak kasar
b. fraksi I
c. fraksi II                kelompok I
d. fraksi III
e. fraksi IV

a. ekstrak kasar                                                                           
b. fraksi I
c. fraksi II                kelompok II
d. fraksi III
e. fraksi IV                                                                       
Penentuan kadar Protein metode Lowry
-Penambahan larutan sampel dengan 1 ml reagen C, kocok
a. ekstrak kasar                                                                            
b. fraksi I
c. fraksi II   
           
d. fraksi III

e. fraksi IV                                                                       
-Penambahan 0,1 ml reagen D, kocok
a. ekstrak kasar
b. fraksi I
c. fraksi II
d. fraksi III
e. fraksi IV

-Pengukuran absorbansi
a. λ max
b. ekstrak kasar
c. fraksi I
d. fraksi II
e. fraksi III
f. fraksi IV







Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening


Biru
Biru      makin pekat
Biru
Biru
Biru

Biru
Biru      makin pekat
Biru
Biru
Biru

Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan

4,5 A, 4,4 A, 4,5 A
2,7 A, 2,6 A, 2,5 A
2,2 A, 2 A, 2 A
1,8 A, 1,5 A, 1,8 A
0,7 A, 0,7 A, 0,8 A

2,4 A, 2,4 A, 2,5 A
2,7 A, 2,7 A, 2,6 A
2 A, 2,1 A, 2 A
1,5 A, 1,7 A, 1,5 A
0,8 A, 0,7 A, 0,8 A


-Biru kehijauan
-Kuning kecoklatan
-Kuning kecoklatan lebih bening darinfraksi I
-Biru kehijauan lebih bening dari ekstrak kasar
-Biru bening

-Biru tua
-biru tua     makin gelap
-biru tua
-Biru bening
-biru bening api lebih gelap dari sebelumnya
 630 nm
0,5 A, 0,4 A, 0,4 A
0,6 A, 0,6 A, 0,5 A
0,55 A, 0,5 A, 0,5 A
0,4 A, 0,4 A, 0,4 A
0,35 A, 0,4 A, 0,35 A


VI. PEMBAHASAN
Percobaan aktivitas spesifik enzim α-amilase bertujuan untuk menentukan aktivitas spesifik enzim α-amilase hasil isolasi dan pemurnian awal. Sampel yang digunakan adalah ubi ungu yang merupakan sumber karbohidrat. Enzim α-amilase merupakan enzim yang dapat menguraikan amilum dengan memutuskan ikatan α-1,4 glikosida dalam pati secara acak dari bagian dalam molekul, baik pada amilase maupun amilopektin. Prinsip percobaan ini adalah Penentuan aktivitas spesifik enzim α-amilase secara kromatografi. Metode pada percobaan ini yaitu Fraksinasi (yaitu, pemurnian yang didasarkan pada pengendapan secara bertahap), Sentrifugasi (yaitu proses pemurnian protein yang didasarkan pada pengendapan dengan cara sentrifugal/perputaran), dan metode kromatografi (pengukuran absorbansi).

6.1. Penentuan Aktivitas enzim α-amilase
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan aktivitas spesifik enzim α-amilase hasil isolasi dan pemurnian awal menggunakan metode inkubasi. Digunakan amilum karena enzim α-amilase dapat menghidrolisis amilum. Fungsi penambahan buffer PO4 adalah sebagai larutan penyangga agar pH-nya tidak tetap. Di mana aktivitas α-amilase berada pada range pH 5,4-6,4, maka digunakan buffer PO4 dengan pH 6,1 (buffer asam), di mana pH ini merupakan pH optimum aktivitas α-amilase. Jika pH-nya di atas pH  optimum maka enzim akan mengalami deprotonasi atau perubahan pH baik di atas maupun di bawah pH optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi, sehingga aktivitas enzim menurun.
Campuran diinkubasi pada suhu 370C karena suhu tersebut merupakan suhu optimum aktivitas enzim α-amilase. Hal ini sebanding dengan energi aktivasi (Ea)  untuk setiap enzim membentuk kompleks enzim-substrat dan kemudian membentuk produk dan enzim kembali. Jika suhu inkubasi lebih tinggi maka protein akan terdenaturasi yang mengakibatkan aktivitas enzim menurun. Begitu pula jika diinkubasi pada temperatur yang lebih rendah maka aktivitas enzim α-amilase kurang optimal.

6.2.  Penentuan kadar gula pereduksi dengan metode Nelson-Soumogyi
Percobaan ini betujuan untuk penentuan kadar gula pereduksi dengan menggunakan metode Nelson-Soumogyi. Penentuan kadar gula pereduksi merupakan wujud dari uji aktifitas enzim α-amilase. Aktivitas enzim merupakan unit aktivitas enzim permiligram protein, sedangkan satu unit aktivitas enzim α-amilase merupakan aktivitas enzim yang menyebabkan terbentuknya 1µmol produk glukosa dari substrat amilum persatuan waktu inkubasi pada kondisi temperatur dan PH tertentu. Uji aktivitas spesifik enzim α-amilase diawali dengan reaksi enzimatis, yaitu dengan menambahkan larutan amilum 1% dan buffer fosfat ke dalam enzim kasar dan enzim halus.
Pada reaksi enzimatis diperlukan proses inkubasi, dimana pada proses inkubasi ini terjadi kontak antara enzim α-amilase dengan substrat dalam membentuk produk yaitu glukosa. Reaksi :
Kadar gula pereduksi dapat ditentukan dengan metode Nelson-Soumogyi. Penambahan larutan Ba(OH)2 bertujuan untuk meminimalisasi masuknnya oksigen dari luar ke dalam larutan yang dapat mengoksidasi kupri oksida (Cu2O) dan penambahan ZnSO4 bertujuan untuk mengendapkan protein. Supernatan yang terbentuk ditambahkan reagen Nelson-Soumogyi dan dipanaskan (dengan tujuan untuk mempercepat reaksi). Penambahan reagen Nelson-Soumogyi menyebabkan terbebtuknya kupri oksida. Reagen Cu-tartrat akan direduksi oleh glukosa, hal ini karena glukosa mempunyai gugus gula pereduksi, yaitu gugus aldehid.
Reaksi reduksi Cu2+ :
Ion Cu+ akan mengendap sebagai Cu2O dalam suasana basa :
Metode Nelson-Soumogyi menganalisa secara kuantitatif. Produk reaksi enzimatis berupa glukosa, akan tetapi metode ini memiliki kekurangan karena gula non pereduksi (sukrosa) tidak dapat terdeteksi dan hanya bisa mendeteksi gula pereduksi (glukosa-fruktosa) padahal produk dari pemecahan amilum oleh enzim α-amilase bukan glukosa melainkan maltosa, sukrosa dan gula non pereduksi yang lain.
Gula dapat direduksi dengan sinar UV karena memiliki elektron-elektron yang dapat tereksitasi dari keadaan dasar ketingkat energi yang lebih tinggi. Biasanya transisi elektron disebabkan oleh elektron π dimana dalam molekul glukosa mengandung gugus karbonil yang dibentuk oleh elektron π.
Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan tersebut dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada λ 520 nm. Panjang gelombang 520 nm ini merupakan panjang gelombang maksimum, dimana terjadi serapan maksimum oleh larutan glukosa. Kadar gula pereduksi ditentukan dengan membandingkan absorbansi larutan sampel terhadap kurva larutan standar glukosa. 
Absorbansi enzim murni pada kelompok 1, pada fraksi I adalah 2,67, fraksi II adalah 2,07, fraksi III adalah 1,70, dan fraksi IV adalah 0,75. Pada kelompok 2, pada fraksi I adalah 2,67, fraksi II adalah 2,03, fraksi III adalah 1,57, dan fraksi IV adalah 0,76. Absorbansi pada ekstrak kasar 2,43. Enzim murni yang digunakan adalah pada fraksi I karena nilai absorbansinya paling besar. Sehingga kadar gula pereduksi pada enzim murni (pada kelompok 1 dan 2) adalah  0,028 mg/100 ml dan enzim kasar pada kelompok 1 adalah 0,048 mg/100 ml dan pada kelompok 2 adalah 0,025 mg/100 ml.
Kadar enzim murni lebih besar karena pada enzim kasar terdapat enzim-enzim lain yang mungkin menimbulkan interferensi dan pengukuran absorbansi.

6.3. Penentuan kadar Protein dengan Metode Lowry
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dari larutan ubi ungu. Metode yang digunakan adalah metode lowry. Penentuan kadar protein dengan metode lowry didasarkan pada warna kompleks yang yang dibentuk yang intensitas warnanya bervariasi berasrkan jenisprotein atau jumlah asam amino aromatik pada protein.  Warna yang timbul disebabkan oleh reaksi tembaga alkali dengan protein. 
Reagen yang digunakan reagen Folin Ciocalteu yang merupakan campuran natrium tungstat dan natrium molibdat dalam asam. Campuran asam ini akan mereduksi protein yang digunakan dalam percobaan melalui penguraian Cu2+ sehingga campuran asam ini kehilangan satu atau lebih atom oksigen dan kompleks biru yang dihailkan merupakan kompleks antara protein dengan Cu2+. 
Struktur kompleks biru :
Penentuan kuantitatif kadar protein secara lowry didasarkan pada absorbansi sinar oleh kompleks biru. Absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS. Absorbansi sampel yang diperoleh yaitu pada fraksi I adalah 0,57, fraksi II adalah 0,52, fraksi III adalah 0,4 dan fraksi IV adalah 0,37. untuk enzim kasar absorbansinya adalah 0,43. Kadar protein enzim murni pada fraksi I adalah 713,5 µg/ml, fraksi II adalah 651 µg/ml, fraksi III adalah 501 µg/ml, dan fraksi IV adalah 463,5 µg/ml. Pada ekstrak enzim kasar masih terdapat banyak protein sehingga kadarnya lebih tinggi. 
Nilai aktivitas spesifik enzim α-amilase ekstrak kasar pada kelompok 1 adalah 0,089 dan pada kelompok 2 adalah 0,046. Nilai aktivitas spesifik enzim α-amilase pada enzim murni (pada kelompok 1 dan 2) adalah 0,039. Enzim murni yang digunakan adalah pada fraksi I karena nilai absorbansinya paling besar

VII. KESIMPULAN
1. Penentuan aktivitas enzim α-amilase dapat di lakukan dengan metode spektro fotometri menggunakan metode Nelson-soumogyi dan Lowry
2. Kadar gula pereduksi pada enzim murni (pada kelompok 1 dan 2) adalah  0,028 mg/100 ml dan enzim kasar pada kelompok 1 adalah 0,048 mg/100 ml dan pada kelompok 2 adalah 0,025 mg/100 ml.
3. Kadar protein enzim murni pada fraksi I adalah 713,5 µg/ml, fraksi II adalah 651 µg/ml, fraksi III adalah 501 µg/ml, dan fraksi IV adalah 463,5 µg/ml
4. Nilai aktivitas spesifik enzim α-amilase ekstrak kasar pada kelompok 1 adalah 0,089 dan pada kelompok 2 adalah 0,046. Pada enzim murni (pada kelompok 1 dan 2) adalah 0,039
5. Semakin besar konsentrasi enzim α-amilase maka akan menurunkan aktivitas spesifik enzim α-amilase

VIII. DAFTAR PUSTAKA
Azmi, 2006, Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Aspergillus Oryzae Untuk Isolasi Enzim Amilase Pada Medium Pati Biji Nangka, Laboratorium Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru
Daintith, 1994,  Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Darmajana And Agustina, 2008, Pengaruh Konsentrasi Enzim α-Amilase Terhadap Sifat Fisik Dan Organoleptik Filtrat, Balai Besar Teknologi Tepat Guna – Lipi, Subang  
Hardjono, 2001, Spekstroskopi, liberty, Yogyakarta
Lehninger, 1999, Biokimia Dasar, Erlangga, Jakarta
Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI Press, Jakarta


Link download..
Download

Kimia itu Indah
Tag : Praktikum
0 Komentar untuk "PERCOBAAN VIII - Aktivitas Spesifik Enzim α-Amilase ( Praktikum Biokimia )"

Back To Top