PERCOBAAN VII SENYAWA BIO-ORGANIK : KARBOHIDRAT (Kimia Dasar I)



PERCOBAAN VII
SENYAWA BIO-ORGANIK : KARBOHIDRAT

I.              Tujuan Percobaan
1.1.   Mampu menjelaskan sifat umum dan sifat khusus karbohidrat.
1.2.   Mampu melakukan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel.

II. Tinjauan Pustaka
2.1   Karbohidrat

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton yang mempunyai rumus umum Cn(H2O)m, dimana n sama dengan m atau kelipatan bilangan bulat. Karbohidrat merupakan senyawa-senyawa hasil fotosintesis tumbuhan yang berklorofil : 
Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia, bila kelebihan karbohidrat maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dan asam lemak.
                                                                                (Respati, 1980)

2.1          Penggolongan Karboidrat
1.1.1     Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, molekulnya tidak dapat diuraikan. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliserol dehid dan dihidroksi aseton.

(Poedjiadi, 1994)
Berdasarkan radikal fungsinya, monosakarida dibedakan menjadi:
1.      Aldosa
Aldosa adalah monosakarida yang mengandung gugus aldehid.
Contoh : glukosa dan galaktosa
2.      Ketosa
Ketosa adalah monosakarida yang mengandung gugus keton.
Contoh : fruktosa
                                                                    (Poedjiadi, 1994)
Pembagian Monosakarida
a.    Glukosa
Sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Banyak terdapat di buah dan madu.
(Poedjiadi, 1994)
a.    Galaktosa
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan.
(Poedjiadi, 1994)
a.    Fruktosa
Sering disebut levolusa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Fruktosa adalah gula termanis, terdapat dalam buah dan madu, maupun dalam sukrosa. Fruktosa mempunyai sifat seperti keton karena mengandung gugus keton.
Sifat-sifatnya :
-          Mempunyai gugus keton (karbonil) bebas disamping gugus hidroksil bebas
-          Dapat terhidrasi jika dipanaskan bersama asam mineral kuat
-          Dapat mereduksi fehling dan menghasilkan endapan merah bata.
(Kleinfelter, 1990)
(Poedjiadi, 1994)
1.1.1     Disakarida
Disakarida terbentuk dari dua monosakarida dengan menghubungkan ikatan glikosida diantara anometrik dari salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil monosakarida lain. Hidrolisa disakarida dengan pengaruh asam-asam mineral encer akan menghasilkan monosakarida-monosakarida penyusun disakarida.
Disakarida dapat di bagi menjadi 4, yaitu :
a.       Maltosa
Maltosa adalah hasil reaksi glukosa dan glukosa, yang diperoleh sebagai hasil hidrolisi pati. Karbon anomerik dari unit glukosa yang kedua berbentuk hemiasetal, fungsinya berbeda dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka, karena itu maltose memberikan hasil positif dengan uji tollens dan reaksi lain yang serupa berlaku untuk karbon anomerik pada glukosa. Strukturnya :
(Fessenden, 1982)
a.       Laktosa
Hidrolisis laktosa menghasilkan glukosa dan galaktosa dalam jumlah yang sama. Kristal anomer α (pada unit glukosa) dibuat komersial dalam keju. Laktosa dapat mereduksi pereaksi fehling dan benediet pada pemanasan.
 (Hart, 1988)
  Strukturnya :
(Poedjiadi, 1994)
a.       Sukrosa
Tersusun oleh glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang sama.
Strukturnya :

(Poedjiadi, 1994)
Dari struktur ini maka sukrosa tidak akan mengalami metarotasi, hidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa dapat terjadi oleh adanya asam kemudian diikuti dengan terjadi perubahan pemutaran bidang polarisasi cahaya, peristiwa ini dikenal sebagai inverse sukrosa.
(Respati, 1982)
a.       Sellebiosa
Desakarida yang diperoleh diperoleh dari hidrolisis parsial selulosa. Hidrolisis lebih lanjut menghasilkan glukosa, oleh karena itu selebrosa adalah isomer dari maltose. Struktur konformasi yang digambarkan pada selebrosa ialah satu cincin mengandung oksigen yang berurutan satu di belakang yang lainnya.

(Fessenden, 1982)

1.1.1     Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa yang tersusun dari molekul-molekul monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukosida. Hidrolisis  yang lengkap akan dapat dihasilkan monosakarida-monosakarida penyusun polisakarida. Polisakarida memenuhi 3 maksud dalam sistem kehidupan, yaitu :
a.       Sebagai bahan bangunan          : sellulosa dan kitin
b.      Sebagai bahan makanan           : pati dan glikogen
c.       Sebagai zat spesifik                  : polisakarida heparin
                                                                    (Fessenden, 1982)
Pembagian polisakarida
a.       Sellulosa
Merupakan senyawa organik yang paling melimpahdi bumi. Sellulosa membentuk komponen serat dari dinding sel tumbuhan. Molekul sellulosa merupakan rantai-rantai dan D-glukosa sebanyak 14000 satuan yang terdapat sebagai berkas-berkas mirip tali yang terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen. Sellulosa tidak mempunyai hemiasetal sehingga tidak dapat mengalami dioksidasi oleh reagen seperti tollens.
(Fessenden, 1982)
Sellulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel. Contoh : serat kapas. Dalam tubuh kita, serat tidak dapat dicerna karena kita tidak mempunyai enzim yang dapat mengurangi sellulosa.
                                                                          (Poedjiadi, 1994)
a.       Pati (amilum)
Merupakan polisakarida paling melimpah kedua. Pati dapat di pisahkan menjadi dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bila di titurasi dengan air panas sekitar 20%. Pati adalah 20% amilosa (larut) dan 80% sisanya adalah amilopektin (tidak larut).
1)      Amilosa
Hidrolisis amilosa menghasilkan D-glukosa, hidrolisis parsial menghasilkan maltosa. Timbul warna biru tua dan timbul interaksi antar keduanya.

2)      Amilopektin
Mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih permolekul hidrolisis amilopektin.
3)      Glikogen
Yaitu polosakarida yang di gunakan sebagai tempat penyimpanan glukosa dalam sistem hewan. Struktur glikogen mirip amilopektin, bedanya untuk glikogen rantainya lebih bercabang daripada amilopektin.
4)      Kitin
Polisakarida linear yang mengandung N-asetil-o-glukosamina terikat pada hidrolisis. Kitin menghasilkan 2-amina-2-deoksi-o-glukosa (gugus asetat terlepas dalam tahap hidrolisis). Di alam, kitin terikat pada bahan bukan polisakarida (protein dan lipid).
                                                      (Fessenden,1982)

2.1          Sifat-Sifat Umum Monosakarida
1.1.1     Reaksi Oksidasi
Hasil oksidasi tergantung dari kuat tidaknya oksidator yang dipakai pada oksidasi aldosa dengan oksidator lemah, contoh : aqua bromata akan didapatkan asam hidroksi monokarboksilat yang disebut asam aldonat.
(Sumardjo, 1997)
1.1.2     Reaksi Reduksi
Pada reaksi reduksi monosakarida dengan sedium amolgen berbentuk polialkohol yang namanya mendapat akhiran “atol”.
Reduksi asam aldonat dengan sedium amolgen akan menghasilkan asam yang namanya berakhiran uronat. Asam uronat mempunyai sebuah radikal formil pada ujung bagian atas dan radikal hidroksil di bagian tengah dan sebuah karboksil pada ujung bagian bawah.
(Sumardjo, 1997)
1.1.1     Reaksi Dehidrasi
Heksosa dan beberapa pentose dapat mengalami proses dehidrasi yang dipengaruhi oleh asam mineral kuat pada pemanasan dan akan diperoleh dehidrasi pentose fulforal atau furaldehid. Sedangkan dehidrasi heksosa hidroksil metal fulforal/hidroksi metal fur aldehida.
(Sumardjo, 1997) 
2.2          Sifat-Sifat Umum Disakarida
·         Maltosa dan laktosa dapat merduksi larutan fehling atau tollens.
·         Sukrosa tidak dapat mereduksi larutan fehling atau tollens.
Dapat dihidrolisis (pemecahan) menjadi molekul monosakarida penyusunnya:
(Sumardjo, 1997)
2.1       Sifat-Sifat Umum Polisakarida
·         Glikogen dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan dengan iodine maka akan berubah menjadi merah coklat.
·         Amilum tidak dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan dengan iodine maka akan terbentuk amilum yang berwarna lain.
(Gibson, 1950)

2.2          Uji Pengenalan Karbohidrat
1.2.1     Uji Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi. Fehling ada 2 macam :
-          Fehling A : larutan cuprisulfat
-          Fehling B : larutan NAOH, kNatartrat
Apabila dicampur dengan karbohidrat maka akan membentuk endapan Cu2O berwarna merah bata.
(Holmi Comp, 1964)
1.2.2     Uji Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung cuprisulfat (CuSO4), Natrium Karbonat (NOCO3), dan Natrium sulfat (Na2SO4). Jika karbohidrat ditambah dengan benedict akan menyebabkan oksidasi karbohidrat menjadi asam aklamat, sedangkan pereaksi benedict tereduksi dan menhasilkan endapan merah bata (Cu2O).
(Holmi Comp, 1964)


1.2.3     Uji Tollens
Tollens merupakan suatu larutan basa dari ion kompleks perak amonia yang digunakan sebagai reagensia uji aldehid.
Diperoleh dari larutan perak nitrat dengan ammonium hidroksida berlebihan.
(Holmi Comp, 1964)
1.2.4     Uji Asam Pikrat
Asam pikrat jenuh berwarna kuning. Positif jika terjadi perubahan warna kuning menjadi merah. Uji ini untuk mengetahui sifat pereduksi karbohidrat.
(Lucas, 1935)
1.2.5     Uji Hidrolisis
Uji hidrolisis untuk mengetahui/memisahkan penyusun dari disakarida atau polisakarida yang tersusun dari monosakarida-monosakarida.
(Holmi Comp, 1964)
1.2.6     Uji Molisch
Sampel ditambah noftol dan H2SO4, jika sampel mengandung karbohidrat, akan terbentuk cincin merah pada bidang batas.
                                                                                (Holmi Comp, 1964)
1.2.7     Uji Selliwanorf
Pereaksi sel iwanorf adalah resolsinol (l,3) hidroksi-benzena dalam asam klorida. Apabila karbohidrat direaksikan dengan pereaksi sel iwanorf lalu dipanaskan dan membentuk warna merah anggur maka hal ini menunjukkan adanya fruktosa.
                                                                                (Holmi Camp, 1964)

1.2.8     Uji Kompleks Iodine-Kanji
Perubahan warna setelah ditetesi iodine menjadi biru tua menunjukkan adanya karbohidrat. Hal ini terjadi karena molekul amilosa yang membentuk senyawa berupa larutan koloid (amilopeksin).
(Holmi Comp, 1964)

2.3          Analisa Bahan
1.3.1     Glukosa
Mudah larut dalam air, sukar larut dalam alcohol, memutar cahaya terpolarisasi ke kanan.
                                                                                            (Basri, 1996)

1.3.2     Galaktosa
Kurang larut dalam air, sukar larut dalam eter dan alcohol, kurang manis, memutar cahaya terpolarisasi ke kanan.
                                                                                            (Basri, 1996)
1.3.3     Fruktosa
Rasa paling manis, memutar cahaya terpolarisasi ke kiri, dapat mereduksi peraksi fehling dan tollens.
                                                                                            (Basri, 1996)
1.3.4     Maltosa
Mereduksi pereaksi benedict, fehling rasa manis, mengalami metarotasi gula pereduksi.
                                                                                            (Basri, 1996)
1.3.5     Laktosa
Rasa kurang manis, tidak larut dalam alkohol dan eter.
                                                                                            (Basri, 1996)


1.3.6     Sukrosa
Sukar larut dalam eter dan alcohol, larut dalam air, tidak dapat mereduksi fehling, tidak mempunyai gugus hemiasetol, tidak menunjukkan metarotasi.      
(Basri, 1996)
1.3.7     Air Suling
Air yang diperoleh dari pengembangan uap air melalui proses penguapan. Tidak berwarna, bersifat polar, pelarut organik yang baik.
(Amirudin, 1993)
1.3.8     Iodine
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam klorofom astal, larut dalam minyak gliserol.
(Amirudin, 1993)
1.3.9     Madu
Madu lebah sebagian besar mengandung gula inverse. Gula inverse banyak digunakan untuk es krim dan permen. Gula inverse rasanya paling manis dari sakarida lainnya.
(Amirudin, 1993)
1.3.10 Sirup
Sirup glukosa yaitu larutan glukosa yang sangat pekat, seningga mempunyai viskosilas/kekentalan yang tinggi, didapat dari amilum melalui proses hirolisis dengan asam.
(Basri, 1996)
1.3.11 NaOH
Larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam eter, sebagai basa untuk membuat sabun dan kertas.
(Basri, 1996)
1.3.12 Pereaksi Fehling
Pereaksi ini terdiri atas campuran larutan tembaga sulfat, kalium natrium tantriat dan natrium hidroksida. Larutan fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, larutan B adalah larutan garam KNa tartriat dan NaOH dalam air.
(Pudjaatmaka, 1999)
1.3.13 Pereaksi Molisch
Terdiri atas larutan α-naftol dan asam sulfat, bereaksi positif dengan karbohidrat jika mengahsilkan warna merah.
(Pudjaatmaka, 1999)
1.3.14 H2SO4
Bersifat higroskopis, dalam larutan cair bersifat asam kuat, dalam keadaan pekat bersifat oksidator dan zat pendehidrasi.
(Sumardjo, 1997)
1.3.15 Amilum
Suatu polisakarida sebagai hasil polimersi alam dari molekul kecil karbohidrat dengan rumus C6H10O5, sebagai butiran dalam berbagai ukuran dan menjadi cirri dari sel tumbuhan.
(Sumardjo, 1997)
1.3.16 Benedict
Berupa larutan yang mengandung cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan mengendap menjadi Cu2O.
(Sumardjo, 1997)
1.3.17 Pereaksi Tollens
Jika direaksikan dengan monosakarida yang mengandung gugus aldehid akan mengahsilkan cermin perak. Pereaksi tollens dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat dan natrium hidroksida.
(Amirudin, 1993)
1.3.18 HNO3
Merupakan asam anorganik, zat cair tidak berwarna, bersifat korosit dan oksidator kuat.
(Amirudin, 1993)
1.3.19 Pereaksi Sel iwanorf
Pereaksi sel iwanorf apabila direaksikan dengan karbohidrat lalu dipanaskan akan terbentuk warna merah anggur.
(Amirudin, 1993)
1.3.20 Asam Pikrat
Rasa pahit, sukar larut dalam air, larut dalam alcohol, eter dan zat pelarut organic lain. Reaksi dengan logam-logam membentuk garam pikrat.
(Pudjaatmaka, 1999)
1.3.21 Etanol
Cairan jenuh tek berwarna, mudah terbakar, mudah bercampur dengan air. Rumus kimia C2H5OH digunakan sebagai pelarut, bahan bakar, antiseptic (alcohol 70%), bahan minuman keras, dan juga sebagai bahan mentah dalam beberapa industry kimia.
(Basri, 1996)
1.3.22 Na2CO3
Menyebabkan iritasi kulit, menyebabkan gangguan kelenjar lendir.
(Basri, 1996)

II.    Metode percobaan
3.1  Alat
1.      Tabung reaksi                 6.   kertas saring
2.      Gelas ukur                      7.   Bunsen&kaki tiga
3.      Pengaduk                       8.   kaca arloji
4.      Penjepit                          9.   pipet tetes
5.      Gelas beker

3.2  Bahan
1.      glukosa                           8.   air suling                   15. H2SO4
2.      pereaksi asam pikrat       9.   madu                       16. HCl
3.      Galaktosa                       10. HNO3                      17. NaOH
4.      Pereaksi sel iwanorf       11. Na2CO3                   18. pereaksi tollens                  
5.      Fruktosa                         12. pereaksi fehling       19. pereaksi molish
6.      Maltose                          13. pereaksi benedict     20. Sukrosa                      
7.      Etanol                             14. Kanji                        21. sirup

3.3 Gambar alat
3.4  Skema kerja
3.4.1 Uji Kelarutan
a. Uji dengan Aquadest

IV. DATA PENGAMATAN

No.
Jenis Uji
Hasil
Ket
1.

















2.






















3.






















4.









5.
Uji kelarutan
a.   Uji dengan H2O
a.    Glukosa
b.   Fruktosa
c.    Maltose
d.   Laktosa
e.    Sukrosa
f.    Kanji
b.   Uji dengan etanol 25 %
c.       Glukosa
d.      Fruktosa
e.       Maltose
f.       Laktosa
g.      Sukrosa
h.      Kanji


Uji Fehling
a.       1 ml laktosa


b.      1 ml glukosa


c.       1 ml sukrosa


d.      1 ml fruktosa


e.       1 ml kanji


f.       1 ml madu


g.      1 ml sirup 2%


Hidrolisa disakarida dan polisakarida
a.       Uji kompleks kanji iodine
larutan kanji 1 % + 1 tetes iodine encer
b.      Uji hidrolisis
§  2 mL dan 1 mL larutan kanji 2 % + 2 tetes HCL pekat, pemanasan
§  Ditambah 1 tetes iodine encer, pengecekan dengan lakmus
§  Ditambah NaOH 10 %
§  Ditambah 5 mL fehling + dipanaskan
Tes Umum Terhadap Karbohidrat
a. Uji Molisch
§  Glukosa
§  Fruktosa
§  Maltose
§  Madu 50%
§  Potongan kertas saring
Tes Karbohidrat Pereduksi
a. Uji Benedict
§  Glukosa
§  Fruktosa
§  Maltose
§  Laktosa
b. Uji asam pikrat
§  Glukosa
§  Fruktosa
§  Maltose
§  Laktosa
c. Uji Tollens
§  Glukosa

§  Fruktosa

§  Maltose
§  Laktosa
d. Uji selliwanorf
§  Glukosa
§  Fruktosa


Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening


Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening
Warna larutan menjadi bening, terdapat endapan putih


Warna larutan dari biru setelah ditambah fehling menjadi orange setelah dipanaskan  ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah fehling menjadi orange setelah dipanaskan  ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah fehling menjadi orange setelah dipanaskan  ada endapan merah bata
Warna larutan setelang ditambah fehling menjadi biru tetapi setelah dipanaskan tidak berubah
Warna larutan dari biru setelah ditambah fehling menjadi orange setelah dipanaskan  ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah fehling menjadi orange setelah dipanaskan  ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah fehling menjadi orange setelah dipanaskan  ada endapan merah bata




Warna larutan menjadi biru tua




Larutan menjadi lebih keruh




Larutan menjadi berwarna biru, lakmus berwarna merah



Warna larutan menjadi bening dan kertas lakmus menjadi biru muda
Warna larutan tetap tidak terjadi perubahan





Terbentuk cincin ungu
Terbentuk cincin ungu
Terbentuk cincin ungu
Terbentuk cincin ungu
Terbentuk cincin ungu




Terbentuk endapan merah bata
Terbentuk endapan merah bata
Terbentuk endapan merah bata
Terbentuk endapan merah bata

Larutan berwarna kuning
Larutang berwarna kuning kemerahan
Larutan berwarna kuning
Larutan berwarna kuning

Warna larutan orange pucat terdapat endapan coklat
Warna larutan orange pucat terdapat endapan coklat
Warna larutan kuning pucat
Warna larutan kuning pucat

Warna larutan tidak berwarna (bening)
Warna larutan coklat kemerahan


+
+
+
+
+
+


+
+
+
+
+
-



+


+


+


-


+


+


+







+

















-




+
+
+
+
+




+
+
+
+

-
+
-
-

+

+

-
-

-
+



I.       Pembahasan
5.1 Uji Kelarutan
5.1.1 Uji dengan air
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelarutan karbohidrat di dalam air. Karbohidrat yang digunakan sebagai sampel yaitu glukosa, laktosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, dan kanji.
Langkah kerja yang dilakukan yaitu sampel diencerkan dengan aquades atau air suling untuk mengetahui kelarutannya, kemudian digojog. Tujuan dari penggojogan ini yaitu untuk mencampurkan agar karbohidrat bercampur sempurna dengan air. Hasil yang diperoleh adalah larutan menjadi lebih bening atau bernilai positif.
Karbohidrat dapat larut dalam air, hal ini dikarenakan sifat karbohidrat sesuai prinsip “like dissolve like” yaitu senyawa polar akan melarutkan senyawa polar dan senyawa non polar akan melarutkan senyawa non polar.
Karbohidrat merupakan larutan polar, dan air juga merupakan senyawa polar sehingga bila dicampur karbohidrat akan larut. Sebelum di larutkan, warna karbohidrat (glukosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, manosa, laktosa, sukrosa) warna jernih kekuningan. Setelah di larutkan menjadi jernih karena adanya proses pengenceran yang menyebabkan molaritas dari zat terlarut berkurang, sehingga kepekatan warnanya juga berkurang dan larutan tampak jernih.

5.1.2 Uji dengan etanol
Selain air, etanol juga merupakan pelarut yang baik. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan karbohidrat dalam etanol 25%. Sebagaimana dalam uji kelarutan dengan air, sampel yang digunakan juga sama.
Langkah yang dilakukan pun juga sama yaitu dengan menambahkan sampel dalam etanol 25% kemudian digojog. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang positif yaitu larutan menjadi lebih jernih kecuali larutan kanji karena kanji mengendap. Hal ini dikarenakan kanji terdiri atas dua macam polisaksarida yaitu amilosa dan amilopektin, molekul amilopektin lebih besar daripada amilosa sehingga amilopektin lebih susah larut.
Karbohidrat larut dalam air dan etanol, perbedaan kelarutan antar keduanya yaitu etanol membutuhkan waktu yang lebih lama dan penggojogan yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan kepolaran etanol lebih kecil dari kepolaran air. Hal ini sesuai juga dengan Daintith (1994) “karbohidrat lebih mudah larut dalam air daripada di larutkan ke dalam etanol karena tingkat kepolaran air lebih besar daripada etanol”.

5.2 Uji fehling
Untuk mengetahui sifat reduktor pada karbohidrat dapat dilakukan dengan uji fehling. Sampel yang digunakan dalam uji ini yaitu glukosa, fruktosa, laktosa, sirup, madu dan kanji.
Cara kerja yang dilakukan yaitu dengan menambahkan perekasi fehling yang terdiri dari fehling A yaitu larutan CuSO4 dan fehling B yang terdiri dari K-Na-tartrat dan NaOH, kemudian dipanaskan sambil digoyang. Pemanasan dan penggoyangan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi, dengan pemanasan maka suhu larutan akan naik, sehingga mengakibatkan gerakan-gerakan molekul dalam larutan semakin cepat dan terjadi tumbukan antar molekul yang semakin besar.
Karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat yang membentuk garam karena adanya basa, sedngkan pereduksi fehling akan mengalami reduksi sehingga tembaga (II) berubah menjadi tembaga (I).
Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah positif yaitu terbentuk endapan merah bata. Endapan merah bata tersebut adalah endapan dari Cu2O.
Hasil positif uji fehling akan terbentuk endapan warna merah yang menunjukkan karbohidrat yang di uji mempunyai sifat pereduksi. Bahan-bahan yang di uji,seperti glukosa, kanji, laktosa, sirup, madu, terjadi perubahan warna dan terbentuk endapan warna merah bata, kecuali fruktosa. Fruktosa merupakan gugus ketosa yang tahan terhadap oksidator, sedangkan pada uji fehling akan di uji daya oksidasi dan reduksi dari suatu karbohidrat, sehingga fruktosa tidak mengalami perubahan warna.

Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi fehling :
(Sumardjo, 2009)


5.3 Uji Hidrolisa Disakarida dan Polisakarida
a.Uji Kompleks Kanji Iodine
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya karbohidrat yang terkandung pada kanji. Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah penambahan 10 tetes larutan kanji 1% yang diletakkan pada gelas arloji untuk mengetahui apakah ditambahkan 1 tetes larutan iodine encer. Di dalam pati dipisahkan menjadi dua fraksi utama yaitu amilosa dan amilopektin. Penambahan iodien bertujuan untuk mengetahui adanya amilosa pada suatu sampel. Molekul amiloas membentuk spiral di sekitar molekul I2 yang menyebabkan timbul warna biru tua dari antaraksi antara keduanya, yang menunjukkan hasil positif dari uji ini.

b.Uji Hidrolisis
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui atau memisahkan penyusun dari disakarida atau polisakarida yang tersusun dari monosakarida-monosakaridanya.
Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah dengan larutan kanji 2% ditambahkan dengan larutan HCl pekat, larutan menjadi agak keruh. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk memecah rantai amilum/pati yang merupakan polisakarida menjadi monosakarida. Pati merupakan polimer linier dari glukosa sehingga hidrolisis sempurna dari pati akan menghasilkan glukosa.
Langkah selanjutnya adalah pemanasan, tujuan dari pemanasan ini untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Setelah dipanaskan, larutan ditambah 1 tetes iodine untuk menguji masih ada atau tidaknya amilosa. Hasilnya larutan menjadi berwarna biru tua yang menunjukkan bahwa sampel masih mengandung amilosa (belum terhidrolisis secara sempurna). Kemudian di uji dengan kertas lakmus, warna kertas menjadi merah yang menunjukkan larutan bersifat asam, kemudian dilakukan penambahan NaOH 10% untuk menetralkan sisa asam hingga larutan tepat basa, warna larutan menjadi bening. Pati belum terhidrolisis secar sempurna, hal ini  dikuatkan oleh uji fehling yang hasilnya negatif yaitu warna larutan masih berwarna biru muda.


(Sumardjo, 2009)

5.4 Uji Molish
Tujuan dari uji molish adalah untuk mengidentifikasi adanya kandungan karbohidrat pada suatu sampel. Apabila sampel yang diuji dengan pereaksi molish membentuk cincin warna ungu, berarti sampel tersebut mengandung karbohidrat. Sampel yang dipakai yaitu glukosa, fruktosa, maltosa, madu 50% dan potongan kertas saring.
Pada percobaan disiapkan 5 tabung reaksi. Masing-masing tabung diisi sampel kemudian  ditambah ditambah 3 ml H2SO4 dan 2 tetes alfa naftol. Penambahan H2SO4 ditujukan untuk mendehidrasi karbohidrat agar menjadi hidroksimetilfurfural, dan penambahan alfa naftol agar terbentuk senyawa khusus untuk polisakarida dan disakarida. Pada tabung-tabung tersebut terbentuk tiga lapisan. Lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah terbentuk cincin warna ungu dan lapisan bawah berwarna hijau. Pengecualian pada tabung reaksi yang berisi madu 50% yang terbentuk dua lapisan. Lapisan atas berwarna ungu muda dan lapisan bawah berwarna ungu pekat. Semua sampel menunjukkan hasil yang positif, hal ini disebabkan karena karbohidrat mengalami hidrolisis oleh Asam Sulfat menjadi Hidroksil metil Furtenol yang kemudian terkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Adanya penambahan H2SO4 pada uji ini bertujuan untuk memprercepat reaksi (sebagai katalisator).
Contoh reaksi uji molish pada heksosa :

(Sumardjo, 2009)

5.5 Uji Benedict
Tujuan dari uji benedict adalah unuk membuktikan sifat pereduksi pada karbohidrat. Pada uji ini disiapkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi dengan larutan glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian ditambahkan 1ml larutan pereaksi benedict, kemudian digojog lalu dipanaskan. Pereaksi benedict terdiri dari cuprisulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat. Glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari cupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna merah bata.
Perlakuan penggojogan bertujuan agar larutan menjadi homogen, sedangkan adanya pemanasan supaya mempercepat reaksi. Hasil yang diperoleh dari semua tabung tersebut mengalami perubahan warna yang sama, yang awal warna larutan berwarna bening kebiruan menjadi larutan yang mempunyai endapan warna merah bata, hasil ini menunjukkan nilai uji positif. Terbentuknya  endapan merah bata disebabkan oksidasi karbohidrat (gula pereduksi) menjadi Asam onat, sedangkan pereaksi benedict tereduksi dan menghasilkan endapan Cu2O (merah bata).
Contoh reaksi antara glokosa dan pereaksi benedict :
(Sumardjo, 2009)

5.6 Uji Asam pikrat
 Tujuan dari uji benedict adalah unuk membuktikan sifat pereduksi pada karbohidrat. Pada uji ini dibutuhkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi dengan larutan glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian sama sama ditambahkan  larutan  Asam pikrat dan larutan HNO3 dan dipanaskan. Oksidasi karbohidrat menjadi asam onat dan reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikramat yang berwarna merah.
Hanya pada tabung yang berisi fruktosa yang mengalami perubahan warna dari larutan yang berwarna kuning menjadi berwarna agak kemerahan, sedangkan pada tabung yang lain tidak mengalami perubahan (hasil negatif). Perubahan warna yang terjdi disebabkan adanya asam pikrat mengalami reduksi menjadi asam pikramat.
 Pada uji ini terjadi hasil negatif kecuali pada tabung berisi fruktosa,ini mungkin dikarenakan reagen yang rusak atau dikarenakan praktikan yang melakukan kesalahan dalam melakukan percobaan,sehingga didapatkan hasil yang negatif.
Contoh reaksi antara glukosa dan asam pikrat :
(Soemardjo, 2009)

5.7 Uji Tollens
Uji tollens dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid dalam karbohidrat. Sebagai sampel dari percobaan ini adalah glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa. Percobaan dilakukan dengan penambahan pereaksi tollens pada sampel dengan perbandingan 1 : 1. Penambahan pereaksi tollens adalah sebagai oksidator yang akan direduksi  Setelah itu larutan dipanaskan disertai penggoyangan yang bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dilakukan pemanasan larutan diamati terbentuknya endapan perak. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah hasil yang positif yaitu terbentuk endapan perak, kecuali maltosa.
Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi tollens :
(Soemardjo, 2009)

5.8 Uji Selliwanorf
Uji selliwanorf dilakukan untuk membedakan antara gula aldosa dan ketosa. Sampel dalam percobaan ini yaitu glukosa dan fruktosa, dan reagen yang digunakan adalah pereaksi selliwanorf, pereaksi selliwanorf adalah resorsinol dalam asam klorida encer. Asam klorida berfungsi untuk mendehidrasi glukosa dan resorsinol untuk reaksi kondensasi. Percobaan dilakukan dengan penambahan pereaksi selliwanorf dan kemudian dilakukan pemanasan sekaligus penggoyangan. Pemanasan dan penggoyangan dimaksudkan untuk mempercepat reaksi dan agar larutan bercampur sempurna.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu setelah ditambah pereaksi selliwanorf, fruktosa berwarna orange dan glukosa tetap bening, setelah pemanasan, warna larutan fruktosa semakin merah tetapi glukosa tetap bening. Hal ini menunjukkan nilai uji positif pada fruktosa dan negatif pada glukosa. Jadi fruktosa merupakan gula ketosa.
Contoh reaksi antara glukosa dan selliwanorf :
(Soemardjo, 2009)


VI. Kesimpulan
6.1 Sifat Fisik
Karbohidrat dapat larut dalam air dan etanol, karena sama-sama senyawa polar, kecuali kanji karena kanji tersusun dari amilopektin yang molekulnya besar.
6.2 Sifat Kimia
-   Kanji merupakan karbohidrat yang mempunyai kandungan amilopektin yang dibuktikan dengan uji kanji iodine.
-   Untuk menguraikan polisakarida menjadi monosakarida dilakukan uji hidrolisis.
-   Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam sampel, yang mengandung karbohidrat yaitu glukosa, fruktosa, maltosa, madu 50% dan potongan kertas saring dilakukan uji mollish
-   Karbohidrat mempunyai sifat pereduksi.Hal ini dapat dibuktikan dalam uji dengan fehling,benedict, asam pikrat, dan pereaksi tollens.
-   Untuk mengidentifikasi perbedaan gula ketosa dan aldosa dilakukan dengan uji selliwanorf.


DAFTAR PUSTAKA



 
Amirudin. 1993. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, DEPDIKBUD.
Basri, Sarjoni. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.
Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: PT. Erlangga.
Fessenden, Ralph J. 1982. Organic Chemistry. USA: Willard Grant Press Publisher.
Gibson, Charles. 1950. Essential Principles of Organic Chemistry. London: Chambridge of The University Press.
Hart, Harold. 1988. Kimia Organik – Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Holmi Comp, George K. 1964. Selected Experimental Organic Chemistry. San Fransisco: William and Company.
Kleinfelter. 1990. Kimia untuk Universitas. Jakarta: PT. Erlangga
Lucas, Howard. 1935. Organic Chemistry. New York: American Book Company.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Pudjaatmaka. 1999. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud
Respati. 1980. Dasar-Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Aksara Baru.
Sumardjo, Damin. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Semarang: Undip Press.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia – Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Download
.
Tag : Praktikum
0 Komentar untuk "PERCOBAAN VII SENYAWA BIO-ORGANIK : KARBOHIDRAT (Kimia Dasar I)"

Back To Top