PERCOBAAN IV
REAKSI ASAM BASA :
ANALISIS KUANTITATIF
I.
TUJUAN
1.1 Mampu menerapkan reaksi asam basa untuk menetapkan
konsentrasi asam atau basa.
1.2 Mampu menentukan kadar asam asetat dalam sampel
asam cuka perdagangan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Volumetri
Volumetri
adalah suatu metode analisa kuantitatif yang digunakan dengan cara mengukur
volume larutan yang konsentrasi larutannya telah diketahui dengan teliti,
kemudian mereaksikannya dalam jumlah volume tertentu dengan larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya. Reaksi-reaksi yang dapat dimanfaatkan dalam
volumetri adalah reaksi asam basa atau netralisasi, reaksi pengendapan atau
pembentukan senyawa kompleks dan reaksi redoks.
( Svehla, 1979 )
2.2 Reaksi – Reaksi Volumetri
2. 2. 1 Reaksi Asam
Basa atau Netralisasi
Asam adalah
zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi dengan pembentukan ion
Hidrogen sebagai salah satu ion positif. Basa adalah zat yang bila dilarutkan
dalam air menglami dissosiasi dengan penbentukan ion Hidroksil ( OH ) sebagai
satu-satunya ion negatif. Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa.
Proses semacam ini disebut Reaksi Netralisasi. Jika sejumlah asam dan basa
murni yang ekuivalent dicampur dan larutannya diluapkan, suatu zat kristalin
tertinggal yang tak mempunyai ciri ciri khas suatu asam ataupun basa, zat ini
disebut garam.
Contoh :
HCl
+ NaOH à
NaCl + H2O
Pembentukan garam merupakan proses kimia sejati. Padahal asam, basa dan
garam hampir semua terdissosiasi dalam larutan. Namun air juga dapat terbentuk
tapi tidak terdissosiasi sama sekali.
Pada
hakekatnya reaksi asam basa dalam air adalah pembentukan air panas netralisasi
( 56.9 KJ ) untuk tiga mol asam dan basa. Zat-zat amphoter mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan menggunakan asam maupun basa ( lebih tepatnya
dengan ion Hidrogen maupun ion Hidroksil ). Reaksi netralisasi antara asam kuat
dengan Hidroksida logam dalam larutan air sebenarnya adalah reaksi antara Hidronium
dan Hidroksima.
Contoh :
H3O + OH- à H2O + H2O
Asam1 + basa2 à
basa1 + asam2
Reaksi netralisasi
dapat berlangsung tanpa adanya air. Dalam hal ini, asam-asam yang tak
terdissosiasi bereaksi langsung dengan ion hidroksil yang berada dalam fase
padat.
( Svehla,
1979 )
2.2.2. Reaksi
Pengendapan
Endapan zat yang
memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Reaksi pengendapan terjadi karena
kelarutan rendah. Kelarutan suatu endapan sama dengan konsentrasi molar dari
larutan jenuhnya.
Contoh
:
Kation perak dengan anion halogen secara
luas, reaksinya :
Ag+ + X- à
AgX
Dengan X- merupakan
ion klorida, bromida, atau halida, reaksinya
:
AgNO3 +
NaCl à AgCl +
NaNO3
2.2.3. Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks.
Dalam arti
luas, Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua
atau lebih senyawa sederhana, yang masing – masing dapat berdiri sendiri. Suatu
ion ( molekul ) kompleks terdiri dari suatu asam ( ion ) pusat dan sejumlah
ligan yang terikat erat dengan atom ( ion ) pusat itu.
Rumus dan
nama beberapa ion kompleks adalah sebagai berikut :
[ Fe ( CN )6 ]4-
Ion heksa siano ferat (II)
[ Fe ( CN )6 ] 3- Ion heksa siano ferat (III)
[ Cu (NH3)4 ] 2+ Ion tetra amino kuprat (II)
[ Cu (CN)4 ] 3- Ion tetra siano kuprat (I)
[ Co (H2O)6 ] 3+
Ion heksa akuo kobaltat (III)
[ Ag (CN)3 ] - Ion siano argentat (I)
Atom pusat
( Fe, Cu, Co, Ag ) ligan ( CN, H2O, NH3
)
Muatan ion kompleks merupakan
jumlah muatan ion – ion yang membentuk kompleks itu.
Ag + + 2CN- à [
Ag (CN)2 ] –
Cu 2+ + 4CN- à [ Cu (CN)4
] 2-
Salah satu fenomena umum yang
sering muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan.
Cu2+ +
4NH3 à [ Cu (NH3)4
] 2+
Biru biru
tua gelap
Fe2+ +
6CN- à [ Fe
(CN)6 ] 4-
Hijau muda kuning
Fenomena lain ialah kenaikan
larutan, banyak endapan bisa larut karena pembentukan kompleks.
( Svehla, 1979 )
2.2.4. Reaksi Redoks
Reaksi redoks
adalah bilamana bilangan oksidasi ( valensi ) spesi-spesi yang bereaksi
tidaklah berubah. Namun terdapat sejumlah reaksi dimana keadaan oksidasi
berubah yang disertai dengan pertukaran elektron antar pereaksi. Oksidasi adalah
proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Reduksi adalah proses dimana
oksigen diambil dari zat.
Contoh :
2FeCl3 + SnCl à 2FeCl2 + SnCl2
2.3 Titrasi
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur umlah
yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan ion yang
konsentrasinya diketahui. Pada waktu titrasi, larutan yang mengandung suatu
pereaksi dimasukkan dalam buret yang disebut penitrasi. Larutan ini diteteskan perlahan lahan melalui kran
dalam erlenmeyer yang mengandung pereaksi lain. Titrasi dihentikan sampai warna
indikator berubah. Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir
titrasi.
( Brady,1997 )
2.4. Analisis volumetri
Analisis
volumetri juga dikenal dengan titimetri, dimana zat yang akan dianalisa
dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan
dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui kemudian
dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara tepat dan cepat,
kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain itu, jika reagen penitrasi
yang diberikan berlebih, maka harus diketahui dengan suatu indikator. Semua
metode titimetri bergantung pada larutan standart yang mengandung sejumlah
reagen persatuan volume larutan dengan ketetapan yang tinggi. Konsentrasi
dinyatakan dalam normalitas, larutan standart disiapkan dengan menimbang reagen
murni secara tepat, karena tidak semua larutan standart tersedia dalam keadaan
murni. Oleh karena itu, dikenal standart primer yaitu zat yang tersedia pada
kondisi titrasi, dan tidak melakukan reaksi sampingan. Standart primer yang
biasa digunakan dalam titrasi volumetri adalah
:
a.
Asam : C6H4(COOK), C5OOH, C6H5COOH,
HCl, asam sulfat, SO2(NH2)OH
b.
Basa : Na2CO3, MgO, dan Na2BaO7
c. Oksidator : K2Cr2O7,
(NCl4)2, Fe (NO3)2,
d.
Reduktor : Na2C2O4
e.
Lain lain : NaCl, KCl
Dalam
menggunakan standart primer larutan titietri yang sesuai adalah di
standarisasikan secara gravimetri.
Metode volumetri secara garis besar terbagi
menjadi empat, yaitu :
1. Titrasi asam basa,
meliputi reaksi asam basa baik lemah maupun kuat.
2. Totrasi pengendapan,
meliputi pembentukan endapan dengan indikator pengabsorbsi.
3. Titrasi Redoks, meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi.
4. Titrasi
kompleksiometri, meliputi reaksi EDTA untuk melihat pembedahan pH pada
pengomplekan.
( Khopkar, 1990 )
2.5. Teori Asam Basa
Asam dan
basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad abad yang lalu dalam sifat sifat
larutan air. Suatu zat yang larutan
airnya berasa asam dan memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif
untuk membentuk hidrogen dan menetralkan basa. Engan mengikuti pola yang
serupa, suatu basa didefinisikan sebagai suatu zat yang larutannya berasa
pahit, membirukan lakmus meerah, terasa licin, sabun, dan menetralkan ikatan
asam. Pada tahun 1887, Arhenius mempostulatkan bahwa bila molekul elektrolit
dilarutkan dalam air, akan terbentuk ion positif dan negatif. Menurut Arhenius,
asam adalah zat yang larut dalam air untuk memberikan ion-ion H+.
Sedangkan basa adalah zat yang melarut kedalam air untuk memberikan ion-ion OH-.
Teori lewis
menyatakan bahwa asam adalah spesi apa saja yang bertindak sebagai penerima
pasangan elektron. Sedangkan basa adalah spesi apa saja yang bertindak sebagai
pemberi pasangan elektron.
( Keenan,
1990 )
Bronsted-lowry mendefinisikan
bahwa asam adalah suatu senyawa yang mampu menyumbang proton. Dipihak lain,
tiap senyawa yang mampu menerima proton dianggap sebagai basa (akseptor
proton).
( Rivai, 1995 )
2.6. Indikator Asam basa
Indikator
asam basa adalah senyawa organik yang berubah warnanya dalam larutan dengan pH
larutan. Misalnya, lakmus yang berwarna merah dalam larutan asam tetap berwarna
merah, dalam larutan basa lakmus berwarna biru tetap berwarna biru. Lakmus yang
berwarna biru, dalam larutan asam akan berwarna merah. Sedangkan lakmus
berwarna merah di dalam larutan basa berwarna biru.
(
Rivai, 1995 )
Para ahli kimia menggunakan
zat warna bernama kertas lakmus. Kertas
lakmus berasal dari lumut kerak (Rosella tunctona). Lakmus sangat umum digunakanuntuk menguji
keasaman dan kebasaan, sebab memiliki keunggulan sebagai berikut,
1. lakmus sukar
teroksidasi oleh O2 di udara, sehingga dapat disimpan lama.
2. lakmus mudah diserp
oleh kertas, sehingga dapat disediakan dengan bentuk kertas lakmus
3. perubahan warnanya
jelas terlihat.
(
Arsyad, 2001 )
2.7. Pengenceran
Proses
pengenceran ialah mencampurkan larutan pekat ( konsentrasi tinggi ) dengan cara
menambah pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
V1. N1
= V2. N2
Keterangan : V1 : volume awal
N1 : volume akhir
V2 : normalitas awal
N2 : normalitas akhir
Jika
larutan dengan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang – kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada asam sulfat. Panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat harus dimusnahkan dulu dalam air dan tidak
boleh sebaliknya.
( Brady, 1997 )
2.8. Larutan Standar
Larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara teliti.
Larutan standart disebut juga larutan baku. Larutan standart ditambahkan melalui
buret. Dalam titrasi sering digunakan larutan asam karena lebih mudah diawetkan
dari pada larutan basa. Dalam memilih larutan asam sebagai larutan standart,
faktor – faktor yang harus diperhatikan adalah :
1. asam harus kuat
terdissosiasi tinggi
2. asam tidak boleh
mudah menguap
3. larutan asam harus
stabil
4. garam dan asamnya
harus kuat
5. asam bukan oksidator
yang kuat untuk merusak senyawa organik.
( Underwood, 1983 )
2.9. Indikator Universal
Suatu
indikator yang dapat berbentuk padatan atau cairan yang memperlihatkan pH
larutan dengan kisaran warna.
1. Metil jingga
-
merah dibawah 3
-
kuning diatas 4.5
2. Bromtimol biru
-
kuning dibawah 6.5
-
biru diatas 7.5
3. Phenolphtalein
-
tidak berwarna dibawah 8,5
-
merah jambu diatas 9.5
Nama
|
Jangkauan pH
|
Warna Asam
|
Warna Basa
|
metil kuning
|
2
- 3
|
merah
|
Kuning
|
dinitro fenol
|
2,4
- 4.0
|
tidak berwarna
|
Kuning
|
metil jingga
|
3
- 4.5
|
merah
|
Kuning
|
metil merah
|
4.4
- 6.6
|
merah
|
Kuning
|
Lakmus
|
6
- 8
|
merah
|
biru
|
Phenolphtalein
|
8
- 10
|
tak berwarna
|
Merah
|
trinitro benzene
|
12
- 13
|
tak berwarna
|
tak berwarna
|
2.10 Titik
Akhir dan titik Ekuivalent
Volume
dalam jumlah tertentu yang ditambahkan tepat sama dengan yang diperlukan untuk
bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik ekuivalent.
Volume dimana perubahan warna indikator nampak oleh pengamat adalah merupakan
titik akhir. Titik ekuivalent dan titik akhir tidak sama pada praktiknya, titik
akhir tercapai setelah titik ekuivalent. Perbedaan antara titik akhir dan titik
ekuivalent adalah kasalahan titik akhir yaitu kesalahan acak yang berbeda untuk
setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan, dan nialinya dapat
dihitung.
( Khopkar, 1990 )
2.11. Analisa Bahan
1. Asam Oksalat
·
merupakan larutan standart primer dengan
konsentrasi 0,1 N
·
biasanya digunakan sebagai titran
·
sangat stabil, dapat diperoleh dengan derajat
kemurnian tinggi
·
sangat terdissosiasi, Ka =
5.6 10-2
( Khopkar, 1990 )
2. Asam asetat
·
bentuk
cair, TL : 16,6 oC, TD : 118,1oC
·
kadarnya
dalam cuka makanan 20-25%
·
berbau
tajam
·
terbuat dari oksidasi etanolkarena pengaruh jenis
bakteri, seperti acetobacter
( Basri, 1996 )
3.` NaOH
* Sifat fisis :
-
Indeks bias 2,13, BM : 40,01 gram/m
-
TL : 318oC , TD : 1390oC
-
sedikit tembus cahaya
* Sifat kimia:
-
Mudah larut dalam air
-
Kelarutan 300 gram / 100 ml air pada 0oC
-
Beracun dan menyebabkan iritasi pada kulit
-
Dapat menarik H2O dan CO2
dari udara
( Basri, 1996 )
4. Penolpthalein ( PP )
* Berbau busuk
* berwarna kuning keputihan
* tidak larut dalam air
* larut dalam alkali
* larut dalam alkohol
* sebagai indikator
( Basri, 1996 )
5. Aquades
- titik didih 100oC dan titik beku
0oC
- senyawa berfase cair denhgan pH 7
- tidak berbau dan tidak berwarna
( Basri, 1996 )
3. 1 Alat
·
Buret
·
Labu
ukur
·
Pipet
tetes
·
Erlenmeyer
·
Statik
·
Gelas
beker
·
Gelas
ukur
·
Pipet
gondok
·
Pipet
ukur
3. 2 Bahan
·
NaOH
·
Asam
oksalat
·
Asam
asetat
·
Phenolphthalein
·
Aquades
3. 3 Gambar Alat
3.4 Skema Kerja
IV.
DATA PENGAMATAN
4.1. Data Percobaan
NO
|
PERLAKUAN
|
HASIL
|
KET
|
1
|
Standarisasi NaHSO4 larutan standar asam
oksalat
|
||
a. pengisian 15 mL NaOH ke dalam erlenmeyer + 3 tetes
PP
|
NaOH setelah ditetesi PP berubah warna menjadi merah
muda.
|
+
|
|
b. titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat standar
sampai merah muda (indikator tepat hilang)
|
Setelah dilakukan titrasi NaOh berubah menjadi bening
pada volume asam oksalat 15 mL; 15,5 mL ; 15,3 mL.
|
+
|
|
c. lakukan titrasi 3 kali
|
|||
2
|
Penetapan kadar asam asetat
|
||
a. 250 mL pengenceran asam cuka + 3 tetes PP
|
Asam cuka yang semula berwarna bening.
|
+
|
|
b. titrasi larutan asam cuka dengan NaOH sampai warna
berubah merah muda tetap
|
Pada saat dilakukan titrasi berubah warna menjadi
merah muda pada saat volume NaOH 14 mL; 15 mL; 14,5 mL.
|
+
|
4.2. Perhitungan
a.Standarisasi NaOH dengan larutan standar asam
oksalat
Diketahui :
V.
PEMBAHASAN
5.1. Standarisasi
NaOH dengan larutan standar asam oksalat
Larutan NaOH ini harus `distandardisasi` atau `dibakukan`, yakni ditentukan konsentrasinya yang setepatnya atau sebenarnya. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan asam oksalat sebagai larutan standar, yaitu larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dan NaOH sebagai larutan yang akan dicari konsentrasinya. Cara kerjanya yaitu, bilas buret oleh aquades lalu bilas dengan larutan asam oksalat. Pembilasan ini dilakukan agar buret benar-benar steril dari zat lain yang memungkinkan perbedaan pH asam oksalat, sehingga titrasi dapat berlangsung dngan akurat. . Asam oksalat yang digunakan untuk membilas kemudian dibuang. Setelah dibilas, masukkan asam oksalat 0,1 N ke dalam buret hingga batas skala nol (sebagai titran). Tabung buret sebelumnya di Ke dalam erlenmeyer dimasukkan 15 mL NaOH (sebagai titrat) dan 3 tetes indikator fenolftalein sabagai indikator pH. Larutan ini berwarna merah muda pucat.
Fenolphtalein
tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator
tersebut tidak berwarna. Jika
dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan
memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981).
Selanjutnya
dilakukan titrasi. Titrasi dilakukan dengan menambahkan titrat (asam oksalat)
pada buret tetes demi tetes ke tabung erlenmeyer yang berisi titran (NaOH).
Selama titrasi, tabung erlenmeyer digoyang-goyangkan agar campuran merata.
Titrasi ini dilakukan sampai mencapai keadaan ekuivalen .
Artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi) yang
ditandai dengan berubahnya warna indicator, dalam hal ini warna merah muda
tepat berubah menjadi bening. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”,
yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik
dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :
[H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh
karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Indikator
fenolftalein pada larutan basa,akan berwarna merah muda. Ketika mencapai titik
ekivalen, indikator menampakkan warna bening pada larutan. Hal ini dikarenakan
larutan bersifat netral. Yaitu ketika NaOH telah tepat bereaksi.
Reaksi yang terjadi
pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi. Yaitu antara asam oksalat, ,yang
merupakan asam kuat dan NaOH(basa kuat).
Titrasi dilakukan
tiga kali (triplo) agar diperoleh data yang mendekati kebenaran atau data yang
akurat. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut : pada titrasi pertama,
untuk mendapatkan titik ekivalen diperlukan asam oksalat sebanyak 15 mL.
Titrasi kedua, diperlukan asam oksalat sebanyak
15,5 mL. Titrasi ketiga, diperlukan asam oksalat sebanyak 15,3 mL.
Sehingga dapat diperoleh volume rata-ratanya 15,267 mL dan dari perhitungan diperoleh hasil bahwa
kosentrasi NaOH yang sesungguhnya adalah 0,1017 N.
5.2. Penetapan kadar
asam asetat
Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui kadar asam asetat dengan menggunakan larutan NaOH sebagai larutan
standar yang diketahui konsentrasinya. Langkah-langkah percobaan yang dilakukan
yaitu cuci buret dengan aquades, lalu bilas lagi dengan NaOH. Hal ini ditujukan
agar buret benar-benar steril dari zat lain yang memungkinkan perbedaan pH
NaOH, dan titrasi dapat berlangsung dngan akurat. Kemudian masukkan NaOH
kedalam buret hingga batas skala nol.
Di samping
itu, dilakukan pengenceran asam cuka (CH3COOH). Yaitu dengan menambahkan air ke
dalam 25 mL asam asetat hingga larutan menjadi 250 mL. Hal ini dilakukan agar
konsentrasi asam asetat berkurang .sehingga dalam titrasi dengan NaOH tidak
embutuhkan volume NaOH yang banyak. Karena
M1V1= M2V2
Lalu sebanyak 25 mL asam asetat
encer tersebut dimasukan ke dalam erlenmeyer dan diberi 5 tetes indikator
fenolftalein. Warna larutan bening.
Setelah itu
dilakukan titrasi. Titrasi dilakukan dengan menambahkan titrat (NaOH) pada
buret secara tetes demi tetes ke tabung erlenmeyer yang berisi titran
(CH3COOH). Selama titrasi, tabung erlenmeyer digoyang-goyangkan agar campuran
merata. Titrasi ini dilakukan sampai mencapai keadaan
ekuivalen. Yaitu ketika indikator fenolfalein menunjukkan warna merah muda.
Artinya NaOH dan CH3COOH tepat bereaksi.
Titrasi
dilakukan sebanyak 3 kali agar diperoleh data yang akurat. Hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut : pada titrasi pertama, warna larutan asam asetat
berubah menjadi merah muda ketika NaOH penitrasi yang digunakan sebanyak 14 mL.
Pada titrasi kedua, dengan indikator yang sama, 15 mL. Untuk titrasi ketiga,
volume NaOH yang diperlukan adalah sebanyak 14,5 mL. Sehingga diperoleh volume
rata-ratanya 14,5 mL dan dari
perhitungan diperoleh hasil bahwa kosentrasi CH3COOH adalah N. Sedangkan kadar CH3COOH adalah 35,3916 %.
VI. KESIMPULAN
6.1.Standarisasi
NaOH dengan larutan standar asam oksalat dapat menetapkan konsentrasi NaOH
yaitu 0,1017 N
6.2. Kadar
asam asetat dalam asam cuka perdagangan dapat ditentukan yaitu 35,3916 %
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Basri,S.1996.Kamus Kimia.Jakarta:PT
Rineka Cipta.
Brady,James. 1992. Kimia Universitas.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Brady,James. 1999. Kimia Universitas.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Day,R.A. 1981. Analisa Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Khopkar,SM. 1990. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta: PT UI press.
Petrucci,Ralph. 1992. Kimia Dasar.
Jakarta: Erlangga.
Rivai,Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan
Kimia. Jakarta: Erlangga.
Rosenberg,Jeromy. 1992. Kimia
Dasar,Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.
Soemardjo,Damin.1997.
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar.Semarang: Undip press
Underwood. 1996. Analisa Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan
Semimikro,Edisi ke-5. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
jika ini bermanfaat silahkan berkomentar positif
Link Download
Tag :
Praktikum
0 Komentar untuk "PERCOBAAN IV REAKSI ASAM BASA : ANALISIS KUANTITATIF (Kimia Dasar I)"